Langgar Ampel, Langgar Kecil di Banjarmasin yang Menyimpan Sejarah Misterius
Warga sekitar tak ada yang mengetahui pasti soal usia musala atau langgar ini karena kebanyakan adalah pendatang.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Yayu Fathilal
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Musala ini tak terkenal di Banjarmasin, namun namanya cukup unik, yaitu Langgar Ampel.
Alamatnya di Jalan Pahlawan RT 7, Kelurahan Seberang Masjid, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Sekilas menimbulkan pertanyaan mengapa ada kata Ampel di namanya.
Tidak ada yang tahu pasti, kapan langgar ini berdiri. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Apakah ada hubungannya dengan daerah bernama Ampel di Surabaya, Jawa Timur atau bahkan dengan Sunan Ampel yang merupakan satu di antara sembilan Wali Songo yang berkubur di Ampel.
Namun ternyata setelah ditelusuri tak ada hubungannya sama sekali.
Musala ini berusia sangat tua.
Warga sekitar tak ada yang mengetahui pasti soal usia musala atau langgar ini karena kebanyakan adalah pendatang.
Namun seorang mantan pengurusnya yang merupakan tetua kampung tersebut, Kaspul Anwar mengatakan musala ini sudah lama ada sebelum dia dilahirkan pada 1947 silam.
Sebelumnya, musala ini pernah dipindah dua kali karena memakan badan jalan.
"Pemindahan ketiga ketika saya sudah dewasa, hingga sekarang posisinya di jalan tersebut," katanya.
Langgar Ampel. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Soal sejarah namanya, dia mengaku tak begitu mengetahuinya.
Dia hanya mendengar sekilas kisah-kisah dari para orang tua di kampungnya saat dia masih kecil.
"Konon, dulu di kampung ini ada seseorang bernama Datuk Ampel. Entah dia itu siapa, apakah ulama atau tokoh kampung sini atau mungkin pendiri awal musala ini sehingga langgar ini dinamai menggunakan namanya, saya tidak tahu dan tak pernah bertanya juga kepada orangtua atau kakek nenek saya. Yang jelas, Datu Ampel itu berkubur di dekat musala ini," paparnya.
Sekarang, kuburannya sudah tidak ada.
Seingatnya, saat dia masih kecil, kuburan itu masih ada dan diberi kain kuning oleh warga setempat.
"Kalau kuburannya diberi kain kuning, dalam adat orang Banjar berarti orang tersebut semasa hidupnya adalah tokoh yang disegani warga, orang terhormat. Masalahnya, bagi generasi kampung ini yang sekarang, sosok Datuk Ampel itu seakan misterius, nggak ada yang kenal, hanya tinggal nama saja jadi nama musala," tuturnya.
Kemungkinan besar sosoknya hanya dikenal oleh para tetua kampung tersebut yang hidup sezaman dengan Datuk Ampel atau oleh generasi setelahnya yang masih dekat.
Secara arsitektur bangunannya pun tak ada yang istimewa.
Dindingnya berbahan kayu, lantainya semen, atapnya pun genteng dan halamannya disemen.
Bangunannya tampak seperti musala masa kini dan cukup terawat.
Tak ada kesan tua sama sekali.
Namun tak disangka ternyata usianya sudah sangat tua, bahkan memiliki sejarah yang misterius karena tak ada warga sekitar yang mengetahuinya.
Walau begitu, musala ini kerap diramaikan oleh aktifitas ibadah warga.
Memasuki bagian dalamnya terasa dingin walau tak ada pendingin ruangan atau kipas angin.
Suasana di dalamnya sangat tenang.
Ruangannya tak terlalu luas, hanya cukup untuk menampung 100 orang jemaah.
Di waktu-waktu tertentu, musala ini diramaikan oleh kegiatan salat berjemaah atau pengajian. (Yayu Fathilal)