Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketika Meteor yang Jatuh di Belitung Menjelma Menjadi Batu Akik yang Mahal

Ini cerita bagaimana meteor-meteor yang jatuh di Belitung dahulu kala kini menjelma menjadi batu akik (batu satam) yang mahal harganya.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Ketika Meteor yang Jatuh di Belitung Menjelma Menjadi Batu Akik yang Mahal
Kompas.com/ Jonathan Adrian
Koleksi Baru Satam Teddy yang dipajang di Galeri Lukis Laskar Pelangi, Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung, Sabtu (21/11/2015). 

TRIBUNNEWS.COM - Belitung dalam lidah lokal menjadi "Belitong", ini sebabnya Andrea Hirata dalam novelnya lebih gemar menggunakan huruf "o" daripada "u" untuk nama pulau ini.

Namun, Belitung dalam lidah orang asing menjadi "Billiton".

Kata ini kemudian berevolusi menjadi "Billitonite", nama sebuah batu yang jadi khas Belitung.

Billitonite seperti dijelaskan dalam Ruang Literary Earth, Museum Kata Andrea Hirata, Desa Gantung, Kecamatan Lenggang, Belitung Timur, merupakan batu yang secara kimiawi tersusun atas senyawa silica (SiO2).

Batu ini termasuk jenis tektites, yakni batu yang terbentuk akibat lelehan permukaan bumi yang tertabrak meteor panas. Masyarakat Belitung lebih suka menyebut Billitonite sebagai batu satam.


Pesona batu akik black oval dari Banten.

Batu hitam pekat ini diperkirakan terbentuk akibat tumbukan asteroid yang jatuh di Teluk Tonkin, Indonesia, 800.000 tahun silam.

Demam akik menjadikan batu satam punya nama. Berbeda dengan akik lainnya, batu satam tidak memiliki bongkahan. Masyarakat mencarinya di sela-sela pasir bekas tambang timah dalam bentuk batu kerikil.

Berita Rekomendasi

"Dia bentuknya sudah bulat-bulat begini saja, mungkin karena pecahan meteor, jadi tidak ada bongkahannya," ujar salah satu penjual batu satam, Teddy.

Untuk menilai kualitas batu satam tak perlu menggunakan senter. Nilai batu satam dilihat dari jumlah garis atau "urat" pada batunya. "Makin banyak, makin mahal dia," terang Teddy.

Sabtu (21/11/2015) siang itu, Teddy sedang asyik memoles koleksi batu dalam bengkel kerjanya di Galeri Lukis Laskar Pelangi, Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur.

"Itu batu satam, Bang?" tanya KompasTravel.


Prediksi tentang sampai kapan demam batu akik?

Teddy menggeleng dan mempersilakan masuk. Ia menampilkan koleksi batu satamnya. Ada lebih dari 30 batu, dari yang sudah bercincin hingga yang masih mentah.

Masing-masing batu dibanderol Teddy dengan harga Rp 170.000-Rp 250.000. Tetapi, ada satu yang ukurannya cukup besar dengan urat yang rumit bisa ia jual sekitar Rp 1 juta.  (Jonathan Adrian)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas