Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Poster-poster Kampanye Pilkada Merusak Pesona Rumah Adat di Kabupaten Nias

Disayangkan, poster-poster kampanye Pilkada merusak pesona rumah-rumah adat di Kabupaten Nias.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Poster-poster Kampanye Pilkada Merusak Pesona Rumah Adat di Kabupaten Nias
Foto-foto: Tribun Medan/ Silfa Humairah
Poster-poster Pilkada ditempel di dinding-dinding rumah adat di Kabupaten Nias. Pilkada serentak digelar 9 Desember 2015. 

Laporan wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah

TRIBUNNEWS.COM - Poster kampanye calon bupati di Nias ditempel di rumah-rumah adat Desa Bawomataluo, Teluk Dalam, Nias Selatan membuat pemandangan desa tidak lagi berkhas adatnya.

Pemandangan poster nomor dan foto calon merusak kekhasan adat rumah penduduk dan keunikan desa ini.

Wisatawan pun tampak kesulitan mengambil angle foto rumah adat tertua di Nias tersebut karena tiap rumah dipenuhi poster.

Rumah Adat Desa Bawomataluo merupakan rumah adat Nias yang masih kokoh dan terjaga kekhasannya tanpa perombakan modernisasi seperti rumah pada umumnya di zaman sekarang.


Poster-poster Pilkada ditempel di dinding-dinding rumah adat di Kabupaten Nias. Pilkada serentak digelar 9 Desember 2015.

Rumah adat Nias tersebut bahkan sudah memasuki berusia ratusan tahun dan masih ditempati oleh keturunan penduduk pertama desa tersebut.

Desa tersebut dibuka untuk wisatawan lokal hingga mancanegara, wisatawan yang datang tentu karena tertarik bangunan tua yang ada di sini.

BERITA TERKAIT

Tapi sepertinya, suasana desa tidak menyadari harapan wisatawan, pasalnya pemandangan jemuran pakaian di atap rumah hingga di batu-batu ukir zaman dulu yang sebenarnya menjadi objek yang mau dilihat wisatawan.

Elda Nasution, pengunjung menuturkan khusus ke sini untuk mengambil foto, mendokumentasikan rumah adat yang katanya menjadi simbol kebudayaan masyarakat Nias.

"Tapi sayang sekali, tiap objek baik itu rumah adat, hingga di samping batu lompat pun ada poster. Kita kesulitan mengambil spot foto yang tidak kelihatan posternya," katanya.

Tapi, walaupun begitu ia tetap puas melihat suasana perkampungan yang masih kental.

"Orang tua duduk di balai desa, para ibu menjemur beras, para bapak mengasah alat bertani dan kebersamaan saat pergi ke suatu acara adat," katanya.

Perkamungan antik ini berada di atas bukit di kecamatan Fanayama, terletak pada ketinggian 270 meter di atas permukaan laut ini, dan saat ini dihuni oleh 1310 Kepala Keluarga (KK) mayoritas mata pencaharian penduduk adalah bertani dan membuat kerajinan tangan khas Nias.

Martinus Muarata Fao, keturunan Raja Keenam Loehe Fao yang juga penduduk Desa Bawomataluo menuturkan

menuturkan Desa Bawamataluwo merupakan desa adat yang sudah berusia ratusan tahun dan saat ini telah menjadi satu warisan budaya dunia.

Bahkan telah dianugerahi sebagai salah satu Wonder of the World from Indonesia oleh The Real Wonder of the World Foundation.

"Bawomataluo memiliki arti Bukit Matahari ini dan desa ini diperkirakan didirikan antara tahun 1830-1840. Sejak didirikan pula perkampungan dengan deretan rumah adat tradisional atau juga yang disebut Omo Hada ini masih kokoh hingga sekarang," katanya.

Menurutnya, rumah adat tersebut secara turun menurun dijaga dan tidak diubah oleh pemilik generasi dari turun menurun pula.

Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas