Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Permainan Calo Angkutan yang Mencegat Para Pendaki Gunung Papandayan dan Sangat Menyebalkan

Anda mau mendaki Gunung Papandayan dan menuju ke sana naik angkutan umum? Hati-hati! Anda bisa jadi permainan calo-calo angkutan.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Permainan Calo Angkutan yang Mencegat Para Pendaki Gunung Papandayan dan Sangat Menyebalkan
Akira Maulana/ Tribuner
Asap di Kawah Gunung Papandayan. 

TRIBUNNEWS.COM - Berkunjung ke lokasi wisata tidak dapat dilepaskan dari penduduk sekitar yang memanfaatkan kehadiran para wisatawan untuk mengais rezeki.

Kalau caranya baik-baik sih tak masalah, tapi hati-hatilah dengan banyaknya permainan curang yang amat merugikan wisatawan.

Gunung Papandayan contohnya. Untuk memasuki kawasan tersebut, wisatawan harus berhadapan dengan calo transportasi hingga ‘bagi-bagi’ jatah angkut rombongan.

Dimulai dari titik penjemputan di Terminal Guntur. Sedari turun dari bis, merupakan suatu pemandangan lumrah ketika penumpang dihampiri orang yang bertanya mengenai tujuan anda serta menawarkan jasa transportasi.

Adalah Dewa (28), lelaki asal Bandung yang merupakan penyedia jasa travel bagi wisatawan yang ingin mendaki dan berkemah di gunung Papandayan.


Pesona Gunung Papandayan

Ia mengaku harus berhadapan dengan penduduk sekitar terkait penyediaan jasa transportasi.

Di terminal Guntur, Dewa menunggu rombongan tiba dengan sebuah mobil bak sebagai sarana transportasi menuju gunung Papandayan.

Berita Rekomendasi

Tak berselang lama rombongan yang akan diangkutnya tiba di terminal, Dewa dihampiri oleh para penduduk sekitar yang melarangnya menggunakan kendaraan lain selain angkot.

Setelah negosiasi yang alot, Dewa akhirnya mengalah dan memberangkatkan rombongan menggunakan angkot.

Bagi Jatah

Selama kurang lebih 1 jam menyusuri jalan menuju Papandayan, Dewa dan rombongan yang dia bawa berhenti di salah satu pertigaan Jl Bayongbong, Kabupaten Garut.

Rombongan diminta turun dari angkot dan melanjutkan perjalanan menggunakan mobil bak yang sudah disediakan oleh penduduk sekitar.

Melihat rombongan akan berangkat menggunakan mobil bak, dua pemuda membawa tas keril menghampiri Dewa, iaminta izin untuk bergabung bersama rombongan, alasannya karena tujuan yang sama.

Dewa menyetujui permohonan pemuda tersebut, namun salah seorang penduduk melarangnya karena mereka merupakan ‘jatah’ tukang ojek.

“Gak bisa harus naik ojek, di sini udah ada organisasinya, gak boleh ngambil jatah penumpang” ucap salah satu penduduk.

Sambil menyusuri jalan dengan bak terbuka, Dewa bercerita kepada rombongan mengenai pengalamannya menghadapi penduduk sekitar dengan kebiasaannya bagi-bagi jatah transportasi.

Dari mulai terminal Guntur ia dibuat tak berdaya dengan aturan bagi-bagi jatah para penyedia angkot, mobil bak, dan tukang ojek.

“Di sini aturannya begitu, kalo kurang dari 5 orang harus naik ojek, kalo lebih dari 5 naik mobil bak” papar Dewa. (Akira Maulana, Tribuner)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas