Desember, Saat Tepat Traveling Ke Jepang, Semarak Warna Pepohonan di Musim Gugur
Bulan Desember ini adalah saat tepat traveling ke Jepang, menikmati indahnya semarak warna pepohonan di musim gugur.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Katanya, bulan Oktober dan Desember adalah saat yang tepat untuk jalan-jalan ke Jepang.
Pada saat musim gugur ini, terutama di daerah pegunungan Kyoto, daun-daun pohon momoji berubah menjadi warna-warni. Cantik.
"Daun pohon Momiji di Kyoto saat musim gugur itu memang paling indah dan sayang sekali untuk dilewatkan," begitu kata Tegar Rahardian (31), seorang traveller Indonesia yang sudah tujuh kali berkunjung ke negeri Sakura ini.
Asyik selfie di Stasiun Ogizawa yang sangat dingin di Perfektur Nagano, Jepang
Tentu saja, saya sebagai orang yang baru pertama kali ke Kyoto, juga Jepang, he-he-he... tertarik untuk membuktikan kata-kata Tegar ini.
Hal yang pertama saya lakukan setibanya di Kyoto adalah membeli tiket bus all day pass seharga 500 yen, atau Rp 57.000 (kurs 1 yen = Rp 114).
Perjalanan saya pun dimulai. Dengan tiket itu, saya mulai menjelajah Kyoto nan indah. Bersyukur, Tegar yang baru jalan-jalan dari Eropa, mau menemani saya.
Pada siang hari, matahari tidak terlalu panas. Cuacanya malah cenderung dingin. Kata Tegar, waktu ini sangat tepat untuk para penikmat keindahan alam untuk berjalan-jalan di daerah pegunungan Kyoto, district Higayashima.
Menurut Tegar lagi, tempat terbaik untuk melihat dedaunan pohon momoji yang cantik yaitu dari kuil-kuil di Kyoto, seperti Kinkaku-ji, Kiuomizudera, Eikan-hall, Koudai, Arashiyama, Kitano dan Shigmoyo.
Diberi pilihan itu, saya sempat bingung. Namun, akhirnya saya memilih Kuil Kiyomizudera. Kuil ini terletak di Kiyomizu 1-chome, Higashiyama Ward.
Tutorial: Tips ke Jepang bebas visa!
Syukurnya, saya menginap di hotel ryokan (rumah tradisional Jepang) di distrik Higashiyama. Hotel yang saya tempati letaknya tidak terlalu jauh dengan kuil tersebut, sekitar 1 Kilometer. Kalau jalan kaki, ya... sekitar 15 menit-lah.
Kalau dari Stasiun JR Kyoto, bisa juga naik bus bernomor 206 dan berhenti di halte Kiyomizu-michi atau Gojo-zaka. Dari situ, jalan kaki melintasi Ninen-zaka dan Sannen-zaka.
Berjalan kaki di daerah ini sungguh menyenangkan. Selain cuaca yang sejuk, pemandangannya, ya pohon-pohon dengan dedaunan yang warna-warni itu. Selain itu, kuil-kuil kecil yang terbuat dari bambu menambah indah pemandangan.
Setibanya di kaki kuil, pengunjung diwajibkan membeli tiket masuk seharga 300 yen, atau sekitar Rp 34.200. Kuil ini dibuka dari pukul 06.00 hingga 18.00.
Selanjutnya, saya menatap ke atas bukit. Jalan menanjak, batin saya. Dan lagi-lagi, harus ditempuh dengan berjalan kaki. Cahaya matahari tampak menyelinap di sela-sela dedaunan warna-warni pohon momoji yang ada di sekitar bukit.
Syukurnya, saya tidak merasa lelah melintasi jalan menanjak dan berliku menuju kuil yang dibangun tahun 798 ini. Bangunan tradisional Jepang yang terbuat dari bambu (ryokan) dan toko suvenir sudah menghipnosis saya. Kebetulan saya suka belanja pernak-pernik. Menyenangkan, he-he-he...
Tutorial: Lima destinasi wisata di Tokyo paling top !
Turis lokal yang mengenakan yukata (busana tradisional Jepang) terlihat berlalu lalang. Mereka ada yang menumpang kendaraan tradisional Jepang yigsaw. Saya langsung teringat film Oshin, yang menjadi tontonan saya waktu kecil.
Setibanya di aula kuil, saya tak bisa berkata apa-apa. Saya hanya bisa menatap kagum pemandangan yang selama ini cuma ada pada lukisan. Lukisan hidup yang luar biasa.
Kuil di atas bukit, dengan pepohonan rindang yang daunnya berwarna-warni. Dari atas bukit, terpampang pemandangan kota Kyoto.
Beranda kuil ini terlihat cukup luas dengan pilar-pilar menjulang tinggi. Di bawah aula, terdapat air terjun.
Di aula ini juga terdapat beberapa kuil-kuil kecil tempat berdoa. Biasanya, penduduk lokal yang mengenakan yukata berdoa di sini, mencari berkah.
Salah satu yang menarik adalah keberadaan Kuil Jishu. Konon, pengunjung yang percaya bisa mencoba peruntungan dalam hal percintaan.
Kuil Kiyomizudera di Kiyomizu 1-chome, Higashiyama Ward, Kyoto, Jepang, Jumat (20/11/2015) - Risdiyanti Putri -
Mereka harus berjalan dengan mata terpejam, menuju antara dua buah batu yang berjarak 18 meter. Ya, seperti ritual pohon beringin di alun-alun selatan Yogyakarta-lah.
Jika berhasil melintas di antara dua batu tersebut, konon percintaan akan sukses. Tak percaya, silakan coba... (Risdyanti Puri)