Hanya Bayar Rp 10 Ribu, Anda Bisa Bersenang-senang di Pulau Pasir di Lepas Pantai Brebes
Hanya bayar Rp 10 ribu, Anda bisa bersenang-senang naik perahu ke Pulau Pasir di Brebes, Jawa Tengah.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Fajar Eko Nugroho
TRIBUNNEWS.COM - Hamparan pasir di tengah air laut menjadi ciri pulau ini. Lantaran tak ada tanaman yang tumbuh, warga menyebutnya sebagai Pulau Pasir.
Pulau Pasir merupakan destinasi wisata baru di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Tempat wisata ini tepatnya berada di Dukuh Pandansari, Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes.
Butuh waktu 30 menit untuk mencapai pulau berjarak 1,5 Km dari pemukiman warga ini menggunakan perahu bermesin diesel. Tarif naik perahu hanya Rp 10 ribu per orang untuk pulang pergi (tarif per Desember 2015).
Satu-satunya pemandangan di pulau ini adalah pasir berwarna cokelat atau hitam. Namun, di bibir pantai, Anda bisa menemukan cangkang kerang yang berserakan.
Perjalanan menuju Pulau Pasir di Brebes, Jateng, melewati hutan bakau (mangrove).
Menikmati indahnya pantai bisa dilakuan sambil mencari bentuk atau warna kerang yang cukup unik.
"Ternyata, bagus juga pemandangan sekitar dari pulau ini," ungkap Sri Ayu Kurnia, seorang pengunjung Pulau Pasir.
Dara yang akrab disapa Ayu Losari, alumni Dangdut Akademi Indosiar, ini mengaku, informasi keberadaan pulau tersebut diperoleh dari media sosial.
Dia yang aktif di dunia maya semakin penasaran melihat postingan foto dan keterangan yang diberikan. "Ternyata, Brebes punya juga tempat wisata yang menarik," imbuh dia.
Pulau Pasir seringkali menjadi jujugan pehobi foto mengabadikan matahari terbenam. Juga, deretan kapal nelayan yang tengah melaut atau melihat burung camar dan bangau mematok ikan gabus serta terbang rendah di atas mangrove.
Hutan bakau memang daya tarik lain Ekowisata Pandansari. Hutan seluas 30 hektar tersebut sengaja dibuat warga untuk mencegah abrasi meluas ke pemukiman.
Mashadi, pegiat mangrove di Pandansari, menjelaskan, hutan bakau tersebut dirintis warga sejak 2008. Langkah ini diambil lantaran abrasi yang berlangsung sejak 1986 semakin parah.
Mashadi mengatakan, abrasi dimulai karena pembuatan bendungan aliran Sungai Ponggol (daerah aliran sungai Pemali) yang mengalir ke laut. Bendungan tersebut membuat aliran air ke laut mampat dan saat pasang terjadi, air laut menggenangi tambak warga Pandansari.
"Dulu, sebelum ditanami mangrove, kawasan ini merupakan tambak. Karena abrasi, sekitar 850 hektar tambak warga hilang," jelas pria yang meraih Kalpataru (penghargaan atas jasa melestarikan lingkungan hidup) 2015 ini.