Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Berburu Durian di Banjar, Kalimantan Selatan, dan Tradisi Lokal yang Unik Setelah Menyantap Buah Ini

Durian-durian ini merupakan hasil hutan di Kabupaten Banjar seperti Desa Mandiangin, Karang Intan, Pengaron, Biih dan Sungai Alang.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Berburu Durian di Banjar, Kalimantan Selatan, dan Tradisi Lokal yang Unik Setelah Menyantap Buah Ini
Banjarmasin Post/Yayu Fathilal
Pembeli menikmati lezatnya durian lokal Banjar. 

Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Yayu Fathilal

TRIBUNNEWS.COM, MARTAPURA - Di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan sekarang musim durian.

Para penjaja durian kaki lima musiman pun bermunculan.

Mereka banyak berkumpul di sepanjang Jalan PM Noor hingga ke arah Taman Hutan Raya di Desa Mandiangin dan Waduk Riam Kanan, Martapura.

Titik perkumpulan mereka tak menentu, namun tersebar di banyak titik di sepanjang jalan itu.

durian
Durian Banjar. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)

Saat memasuki jalan ini, apalagi jika sudah mendekati daerah perkumpulan mereka, semerbak wangi khas durian tercium tersapu angin masuk ke rongga hidung.

Berita Rekomendasi

Menciptakan rasa nikmat tersendiri, apalagi jika Anda memilih singgah dan mencicipi langsung durian-durian itu di pinggir jalan.

Durian-durian ini merupakan hasil hutan di Kabupaten Banjar seperti Desa Mandiangin, Karang Intan, Pengaron, Biih dan Sungai Alang.

Secara rasanya juga aromanya tak ada bedanya dengan durian-durian lain di Indonesia.

Hanya saja, disebut Durian Mandiangin karena tumbuhnya di hutan di Desa Mandiangin, demikian juga dengan durian Biih, Pengaron, Karang Intan dan Sungai Alang.

Kawasan ini cukup dikenal oleh para penyuka durian di sekitarnya.

Bahkan tak jarang para wisatawan dari banyak daerah di luar Kabupaten Banjar yang melintas di sana rela menghentikan kendaraan mereka hanya untuk membeli dan mencicipinya langsung di lapak para penjualnya.

Terlebih lagi, kawasan ini jadi kian terkenal gara-gara pernah disinggahi Presiden Joko Widodo saat mengunjungi Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam di Mandiangin.

durian
Presiden Jokowi pernah singgah di salah satu lapak pedagang itu untuk mencicipi langsung durian-durian tersebut, sebelum bertolak kembali ke Jakarta. (Banjarmasin Post/Yayu)

Saat perjalanan pulang, dia menyempatkan waktu singgah di salah satu lapak pedagang itu untuk mencicipi langsung durian-durian tersebut, sebelum bertolak kembali ke Jakarta.

"Pak Jokowi makan duriannya di sana yang dekat Tahura," sebut seorang pedagang durian di sana.

Durian-durian tersebut tampak ranum dan kulitnya segar.

Dagingnya pun tampak bagus, walau ada juga yang tidak.

Banyak pengguna jalan yang tampak singgah dan membeli durian tersebut.

Bahkan ada juga yang sengaja datang kemari hanya untuk membeli dan mencicipinya langsung di tepi jalan, dekat lapak penjualnya.

Seperti yang dilakukan Mila dan kawan-kawannya.

Mereka tampak asyik menyantap beberapa biji durian sembari mengobrol.

"Kami dari Banjarmasin. Memang sengaja kemari hanya untuk membeli dan mencicipi durian ini langsung di pinggir jalan," katanya.

Harganya yang tergolong murah menjadi alasan mereka berburu langsung ke tempat asalnya.

Seorang penjualnya, Misran, mengatakan harga durian yang dijualnya mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 70 ribu.

"Paling murah Rp 10 ribu. Ada juga yang Rp 20 ribu. Paling besar harganya Rp 70 ribu," jelasnya.

Penjual lainnya ada juga yang mematok harga berbeda.

Ada yang menjualnya Rp 100 ribu untuk lima biji berukuran besar.

Ada pula yang mematok harga Rp 50 ribu untuk lima biji durian berukuran kecil.

Di Kalimantan Selatan, ada semacam tradisi lokal tentang adat menyantap durian ini.

Tradisinya  yaitu usai memakan durian kita harus meminum air putih yang ditumpahkan ke ceruk kulit duriannya.

Sebelum diminum airnya harus diaduk-aduk dengan jari kita hingga agak sedikit keruh.

Meminumnya pun harus langsung memakai kulit duriannya sebagai gelasnya, tidak boleh memakai media lain seperti gelas atau mangkuk.

Hal ini diyakini bagus untuk kesehatan karena durian mengandung kolesterol dan zat tertentu yang bisa membuat badan panas atau tekanan darah tinggi naik.

Jadi, fungsi air tersebut adalah untuk meredakan peningkatan kolesterol, tekanan darah tinggi dan suhu badan.

Mila pun sangat meyakini hal itu.

"Biasanya saya minum air itu terus usai makan durian. Kalau tidak, tenggorokan terasa sakit," jelasnya.

Temannya, Ayu, juga demikian.

Usai makan durian, jika tidak meminum air itu badannya akan terasa tak enak.

"Badan saya panas biasanya, rasanya tak enak. Tetapi kalau diminumi air itu jadi dingin, reda panasnya," katanya sambil memakan duriannya.

Pembeli lainnya, Firdaus, juga kerap melakukan tradisi itu usai memakan durian kendati tak ada pengaruh apa pun di badannya.

"Kalau saya tak masalah jika tidak meminum airnya. Walau begitu, tiap kali usai makan durian saya selalu meminumnya. Itu memang sudah adat dan keyakinannya orang Banjar seperti itu, biasa diajarkan para orangtua kami agar badan sehat," paparnya.

Para penjualnya biasanya berjualan tiap hari sejak pukul 08.00 Wita hingga malam.

Lokasi ini tak sulit dicari.

Jika Anda dari Martapura, jalan saja ke arah tugu perempatan Banjarbaru, dekat kampus Universitas Lambung Mangkurat, ambil jalan ke kiri masuk ke Jalan PM Noor.

Jika dari Banjarbaru dan Banjarmasin, Anda tinggal lurus saja.

Tak jauh dari mulut jalan itu, Anda akan menemukan para pedagang durian itu berjejer di tepi jalan hingga ke arah Desa Biih, Mandiangin dan Riam Kanan.

Jika menggunakan kendaraan umum, bisa memakai jasa Taksi Hulu Sungai dari Terminal Induk Km 6 Banjarmasin.

Ambil jurusan Banjarbaru atau Martapura dengan tarif Rp 15 ribu per orang, turun saja di dekat tugu itu dan menuju ke tempat penjualan durian ini, Anda bisa menggunakan ojek.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas