Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Capek Belanja di Pasar Beringharjo Jogja, Coba Nyeruput Segarnya Dawet Mbah Hari Ini

Capek belanja di Pasar Beringharjo di Jogja, coba nyeruput segarnya es dawet racikan Mbah Hari ini.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Capek Belanja di Pasar Beringharjo Jogja, Coba Nyeruput Segarnya Dawet Mbah Hari Ini
Foto-foto: Tribun Jogja/ Hamim Thohari
Es dawet racikan Mbah Hari di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. 

Laporan Wartawan Tribun Jogja. Hamim Thohari

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Sebagai pasar tradisional terbesar di Yogyakarta, Beringharjo menawarkan beragam jenis barang.

Mulai dari batik yang menjadi favorit wisatawan, beragam asesoris, kebutuhan rumah tangga hingga tak ketinggalan beragam jenis kuliner.

Anda akan dengan mudah menemukan penjual makanan mulai dari yang berjualan di kios, di selasar pasar, di pinggir-pinggir jalan, hingga mereka yang berkeliling.

Makanan berat seperti nasi gudeg, soto, lotek, gado-gado, pecel, sate, hingga minuman ringan seperti es dawat tersedia di Beringharjo.

Minuman tradisional yang terakhir disebut ini bisa menjadi pilihan tepat untuk menyegarkan suasana setelah anda lelah berkeliling Beringharjo.


Es dawetnya Mbah Hari di Pasar Beringharjo Jogja dikelilingi banyak pembeli karena memang manis dan segar.

Banyak pilihan penjual es dawet, tetapi di salah satu sudut pasar terdapat seorang nenek yang berjulan dawet dan patut anda coba.

BERITA REKOMENDASI

Adalah Mbah Hari yang berjualan dawet di pintu pertama pasar Beringharjo sisi utara.

Dengan menggunakan baskom sebagai wadah dawet, dan dua buah kendil berukuran sedang sebagai tempat santan dan juruh gula jawa setiap harinya Mbah Hari melayani pembeli.

"Mungkin telah lebih dari 50 tahun saya berjualan dawet di pasar Beringharjo. Saya berjualan saat saya belum punya anak," ujar nenek yang saat ini berusia 73 tahun tersebut.

Dawet Mbah Hari ini disajikan dengan mangkuk berukuran kecil.

Setiap mangkukny berisikan dawet yang biasanya berwarna merah, putih, hijau, cincau, santan, kemudian disiram dengan "juruh" yang terbuat dari gula Jawa.


Yang membuat khas dari dawet ini adalah adanya irisan buah nangkanya.

"Walaupun nangka sedang mahal, tetapi selalu saya usahakan ada. Semua bahan ini masih saya buat sendiri, mulai dari dawet, camcau (cincau), dan juruhnya," ujar nenek yang tinggal di daerah Bantul ini.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas