Susahnya Mencari Makanan Halal di Eropa, Tapi Mudah Saat Wisata Kuliner di Amerika
Ini kisah nyata saya soal betapa sulit mencari makanan halal di Eropa tapi sangat mudah saat di Amerika.
Editor: Agung Budi Santoso
Oleh: Iswandi Syahputra, Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
TRIBUNNEWS.COM - Soal cerita tentang gampang-gampang susah mencari makanan halal, ini juga kisah nyata tersendiri saat saya memasuki restoran Cina di Madrid.
Restoran tersebut menyajikan makanan mentah dengan sistem prasmanan.
Pengunjung memilih sendiri jenis makanannya, diserahkan pada koki. Proses memasaknya dapat disaksikan secara terbuka.
Tentu saya memilih makanan halal seperti udang dan ikan.
(baca tulisan sebelumnya: (Seni Menimbang-nimbang Makanan Halal Saat Berwisata ke Bali )
Sementara pengunjung sebelum saya mengambil daging yang haram untuk saya makan.
Saat antri untuk dimasak, saya mulai berpikir,
"Makanan halal yang saya pilih akan dimasak menggunakan kuali yang sebelumnya digunakan memasak daging yang haram. Bagaimana ini?" Saya membatin.
Saat kesulitan mencari makanan halal di Kota London, untung ketemu nasi dan menu rendang di sebuah resto Malaysia.
Seorang teman yang paham dengan kegelisahan saya lantas berujar, "Sebelum makan baca Bismillah saja. Insya Allah halal, karena yang pasti udang dan ikan bukan makanan haram".
Saya butuh berpikir agak lama untuk menerima atau menolak cara instan seperti itu?
Makanan Prasmanan di Liverpool
Hal serupa juga saya alami saat mengunjungi Liverpool.
Bedanya, pengalaman di Liverpool sudah menyajikan masakan prasmanan siap dimakan. Cukup lama saya mendiskusikannya dengan isteri sebelum memutuskan memakannya atau tidak.
Soal makanan halal (termasuk halal cara mengolahnya) ini memang cukup menjadi masalah serius saat melakukan perjalanan di Eropa.