Pesona Air Terjun Tanah Merah di Samarinda Ini Memudar Karena Dikepung Tambang Batu Bara
Pesona Air Terjun Tanah Merah di Samarinda ini lama-lama memudar karena dikepung tambang batu bara. Airnya jadi keruh! Haduuuhhh!
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Budi Hartono
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Air terjun Tanah Merah, menjadi destinasi wisata warga Samarinda yang mudah dijangkau dan murah biayanya.
Air terjun pertama kali ditemukan di Kota Samarinda ini, sejak tahun 1975 silam. Mata air tertutup akar-akar yang berada dalam semak belukar pepohonan.
Hanya saja, kawasan ini berstatus milik masyarakat yakni almarhum H Sukoco seorang transmigran.
Taman wisata Air Terjun Tanah Merah, terletak di Jalan Citanduy, Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.
Lokasi air terjun Tanah Merah, berada di perlintasan jalan poros Samarinda-Bontang. Dari pusat Kota Samarinda ditempuh sekitar 45 menit dengan jarak sekitar 14 kilometer.
Tepatnya setelah melewati Kebun Raya Universitas Mulawarman Samarinda.
Untuk menuju lokasi air terjun, Anda harus menuju masuk Jalan Citanduy sepanjang 1 kilometer menuju lokasi taman wisata. Jalan menuju lokasi, sebagian sudah beraspal.
Menuju lokasi air terjun, tidak terlalu sulit dan terjal. Bahkan sebelum masuk ke areal wisata air terjun, Anda melintasi bangunan wisata relaksasi yang dipenuhi bunga.
Untuk biaya masuk (tiket) setiap pengunjung hanya dikenakan biaya Rp 5000/orang. Untuk kendaraan dikenakan biaya Rp 5.000.
Setiap pengunjung, juga mendapatkan asuransi kerugian Jasaraharja Putera dengan nilai pertanggungan untuk meninggal Rp 2,5 juta, cacat tetap Rp 5 juta dan biaya perawatan maksimum Rp 500 ribu.
Meski hanya diatas lahan seluas 6 hektar, Taman Wisata Air Terjun dilengkapi beberapa bangunan seperti Mushollah, Kemidi Putar (Bantuan dari perusahaan tambang PT Lana Harita), kolam renang anak-anak dan gedung untuk pertunjukan.
"Ini ditemukan sekitar tahun 1975. Tahun 1989 ditetapkan sebagai obyek wisata. Cuma lahan ini milik masyarakat. Dikelola oleh masyarakat. Karyawan kami hanya 12 orang. Digaji dari uang tiket saja. tapi kami bayar corporasi ke pemerintah kota setiap bulan," kata Ketua Pengelolan Taman Wisata Air Terjun tanah Merah, Pujo Winarto, didampingi karyawan lainnya, Minggu (3/1/2016).
Beberapa pohon langka dan bernilai ekonomis masih tegak berdiri kokoh. Sebut saja, beberapa puluh batang pohon Ulin dengan diameter mencapai 3 sampai 5 meter, pohon Gaharu dan pohon Benuang dengan diameter mencapai 7 hingga 8 meter.
Pintu masuk menuju Air Terjun Tanah Merah di Samarinda.
Disekitar lokasi itu, ada beberapa warung yang menjual makanan ringan dan minuman. Memasuki areal air terjun, medan yang dilalui, tidak terlalu sulit.
Meski tanahnya berbukit. Pengelola menyiapkan rumah panggung dan gazebo untuk fasilitas pengunjung yang beristirahat sambil menikmati air terjun Tanah Merah.
"Dulu disini sering untuk camping anak-anak sekolah dan mahasiswa. Rumah panggung itu, biasanya digunakan untuk makan bersama dan rapat juga," ucap Siswanto, Koordinator Lapangan Taman Wisata Tanah Merah, Samarinda.
Rumah panggung dengan ketinggian tiga meter lebih dan luas sekitar 500 meter persegi sering digunakan untuk kegiatan perkemahan dan tadabur alam. Kegiatan dasar pengenalam alam, sering diselenggarakan di Taman Wisata Tanah Merah.
Air terjun Tanah Merah, memiliki ketinggian sekitar 10 meter dari ketinggian kolam. Untuk areal menampung air dikolam air terjun, seluas sekitar 500 meter berbentuk lingkaran, kini sudah terlihat dipagar.
Untuk sementara, pengunjung tidak bisa menikmati pancuran air terjun Tanah Merah. Pasalnya, dari bibir lokasi air terjun memiliki kedalaman 1 meter hingga 7 meter. Kedalaman itu, tepat ditengah-tengah jatuhnya air terjun.
Pengunjung hanya bisa menikmati dari bangku-bangku disekitar lokasi, melalui pandangan mata ke air terjun yang mengalir sejak tahun 70an. Air yang terus mengalir jatuh menempel di dinding batu padas besar.
Sayangnya, air terjun Tanah Merah di Samarinda, yang pernah populer tahun 1990an, kini sudah keruh. Menurut pengelola, air terjun mulai keruh berwarna cokelat sejak pemerintah diberikan kewenangan izin pertambangan.
Seharusnya, lanjut Pujo, ini (lahan Taman Wisata Air Terjun Tanah Merah) masuk tata ruang yang dilindungi.
Tapi kenyataanya, disekelilingnya perusahaan batu bara. Airnya dulu jernih, di dasarnya itu batu padas. Kalau koin diceburkan, itu dulu terlihat jelas. Sekarang dasarnya banyak lumpur. Kami pernah buang lumpur di kolam air tejun biayanya sampai Rp 5 juta," tutur Pujo menceritakan.
Meski air terjun Tanah Merah sudah tidak sebening dulu, namun saat libur tahun baru, dipadati pengunjung. Jumlah pengunjung yang tercatat dari penjualan tiket mencapai 500 pengunjung. "Untuk hari libur biasa, Sabtu atau Minggu, jumlah pengunjung sekitar 100 sampai 200 pengunjung," ungkap Siswanto.
Pengunjung yang datang dari berbagai kabupaten/kota. Mulai dari keluarga hingga mahasiswa. "Kesini pingin tahu, air terjun Tanah Merah.
Sekalian mau nyoba suasana alam. Bayarnya satu orang cuma Rp 5000. Kendaraan Motornya bayar Rp 5000 juga," kata Wulan, mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman, Samarinda, asal Kabupaten Penajam Pasir Utara.
Wulan ditemani, empat rekan kuliahnya yang berasal dari Balikpapan dan Berau. "Saya baru sekali. Mau tahu air terjun tanah merah seperti apa? Jadi saya sama teman-teman kesini," ungkap Enda asal Balikpapan didampingi indri teman kuliahnya.
Wisata Air Terjun Tanah Merah di Samarinda, pernah dipilih sebagai lokasi syuting film budaya tahun 1990an. Yakni, syuting film bertitel Putri Petung. Pengambilan gambar film tersebut dilakukan selama 16 hari.