Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Cirebon Mulai Dilirik Warga Jakarta Sebagai Tempat Tujuan Berlibur, Ada Apa Saja di Sana?

Cirebon menawarkan ”pelarian” baru bagi warga Jakarta ketika kawasan Bandung dan Puncak tidak lagi menarik didatangi untuk melewatkan akhir pekan.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Cirebon Mulai Dilirik Warga Jakarta Sebagai Tempat Tujuan Berlibur, Ada Apa Saja di Sana?
KOMPAS/LUSIANA INDRIASARI
Docang, makanan khas Cirebon. 

Di depan pintu Pintu Pasujudan itu mereka duduk bersimpuh.

Pintu tersebut merupakan pintu gerbang keempat dari sepuluh pintu gerbang yang ada di kompleks Astana Gunung Jati.

Adapun makam Sunan Gunung Jati beserta keluarganya berada di bagian paling atas kompleks pemakaman yang berada di dataran tinggi Gunung Sembung ini.

Mereka yang berdoa selalu membawa bekal uang receh. Uang koin itu mereka lemparkan ke gerbang Pasujudan setelah selesai berdoa.

”Tradisi ini merupakan simbol. Selesai berdoa peziarah lalu memberi sedekah,” kata Hasan (70-an), salah satu bekel sepuh di situ. Menjelang bulan puasa, peziarah semakin ramai berdatangan.

Menurut Hasan, tidak semua orang bisa mendekati makam sang sunan.

Hanya sultan-sultan Cirebon atau orang yang diberi izin khusus oleh keraton Kasepuhan Cirebon saja yang bisa mendekat ke cungkup (rumah untuk makam) tempat jasad sunan dimakamkan.

Simbol keberagaman dan akulturasi diletakkan di Astana Gunung Jati.

Tradisi ziarah makam, misalnya, sudah sangat mengakar pada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa.

Ziarah ke makam wali ini merupakan kepanjangan dari tradisi hinduisme bernama upacara srada.

Tradisi semacam ini sudah ada sejak masa pemerintahan Hayam Wuruk, Raja Majapahit yang memerintah sekitar pertengahan abad ke-14.

Srada merupakan upacara untuk memuliakan leluhur yang sudah meninggal.

Dari kata srada muncul istilah nyadran yang sangat dikenal masyarakat Jawa. Tradisi nyadran adalah kegiatan menziarahi makam leluhur.

Biasanya nyadran ini dilakukan mendekati bulan puasa.

Tidak heran jika menjelang bulan Puasa, jumlah pengunjung di makam Gunung Jati semakin membeludak.


Sisi lain pemandangan taman sari Goa Sunyaragi, di Cirebon, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Tampak bangunan batu bata dengan dekorasi batu karang. (KOMPAS/LUSIANA INDRIASARI)
 
Berita Rekomendasi

Di situ pengunjung yang datang tidak hanya mereka yang beragam Islam, tetapi juga mereka yang beragama Buddha dan Khonghucu dari etnis Tionghoa.

Kedatangan mereka adalah untuk menziarahi makam Ong Tien.

Untuk menziarahi Ong Tien disediakan tempat khusus, yakni di sebelah barat serambi depan kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati.

Di dalam kompleks pemakaman itu berdiri sebuah masjid yang semua tiangnya terbuat dari kayu.

Nama masjid itu adalah Dog Jumeneng atau kini disebut Masjid Agung Sunan Gunung Jati.

Ada juga Gedung Jimat tempat menyimpan banyak guci-guci keramik kuno dari zaman Dinasti Ming Tiongkok dari abad ke-14-17, juga keramik dari Eropa, terutama dari negara Belanda.

Sebagian keramik ditempatkan sebagai pajangan, menempel pada dinding bangunan makam.

Jadi dalam sehari, Anda akan bisa mendapatkan begitu banyak kisah sejarah dari satu kota bernama Cirebon. (Lusiana Indriasari)

Sumber: KOMPAS
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas