Cirebon Mulai Dilirik Warga Jakarta Sebagai Tempat Tujuan Berlibur, Ada Apa Saja di Sana?
Cirebon menawarkan ”pelarian” baru bagi warga Jakarta ketika kawasan Bandung dan Puncak tidak lagi menarik didatangi untuk melewatkan akhir pekan.
Editor: Malvyandie Haryadi
Ada juga parutan kelapa muda yang dicampurkan pada bumbu.
Di Cirebon masih banyak ditemukan para penjual docang meski jenis masakan yang dijual ini tidak sebanyak empal gentong.
Di warung depan stasiun besar Kejaksaan, docang dijual sejak pukul 02.00.
Setelah mencicipi docang, perjalanan menjelajahi Cirebon bisa dilanjutkan untuk mengunjungi kampung batik trusmi.
Kampung pembatik yang kini semakin menggeliat kegiatan ekonominya ini berada di daerah Plered, sekitar 4 kilometer di sebelah barat kota Cirebon.
Setiap kali menyebut kata batik cirebon, orang selalu mengaitkan dengan Desa Trusmi, padahal masih ada desa lain yang juga memproduksi batik, seperti Desa Gamet, Kaliwulu, Wotgali, dan Kalitengah.
Sejarah Trusmi juga tidak lepas dari Sunan Gunung Jati.
Menurut sejarah yang disebarkan dari mulut ke mulut para pembatik, dulunya ilmu membatik di desa itu diajarkan oleh Ki Gede Trusmi, salah satu pengikut Sunan Gunung Jati.
Ki Gede Trusmi mengajarkan membatik sambil menyebarkan ajaran Islam.
Ada puluhan toko batik yang berderet di Trusmi yang berada di wilayah Kecamatan Plered itu.
Mereka saling bersaing untuk menggaet pasar, terutama wisatawan yang datang ke Cirebon.
Berbagai motif batik pun ditawarkan dengan segala rupa fungsinya, mulai dari rok, kemeja, penutup meja, sarung, dan lain-lain.
Salah satu tempat yang menjadi ikon di kampung itu adalah Pusat Grosir Batik Trusmi.
Toko batik milik Ibnu Riyanto (26) ini merupakan toko batik terbesar di kampung para pembatik itu.
Dengan luas 4.840 meter persegi, toko grosir itu menampung hasil karya 100 perajin batik rumahan di Trusmi.
Di toko itu sendiri bekerja 60 perajin batik yang bekerja langsung untuk Ibnu.
Pengunjung memilih batik di Pusat Grosir Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Minggu (27/12/2015). Transaksi di salah satu sentra batik di Cirebon tersebut meningkat hingga tiga kali lipat saat libur Natal 2015 dan Tahun Baru 2016. Transaksi pembelian yang biasanya hanya sekitar 2.000, pada 25-26 Desember 2015 melonjak hingga sekitar 6.500 transaksi. (KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI)
Di Pusat Grosir Trusmi itu, pengunjung tidak hanya dimanjakan dengan berbagai model dan motif batik, tetapi juga bisa melihat sendiri proses pengolahan batik sejak dari membuat motif hingga menjadi kain yang siap dijual.
Jelajah sore
Sore hari adalah saat yang tepat untuk menjelajahi keelokan lain dari Kota Cirebon.
Jika Anda sudah bosan dengan keraton Cirebon, boleh mencoba untuk menjelajahi Gua Sunyaragi yang bentuknya unik.
Gua Sunyaragi ini berada di Jalan Brigjen AR Harsono atau dikenal sebagai daerah Kesambi di Kota Cirebon.
Sunyaragi memiliki keunikan tersendiri yang belum pernah ditemukan di daerah lain.
Bangunan taman air peninggalan Panembahan Ratu I ini dari luar berbentuk seperti candi yang terbuat dari batu karang, tetapi ruangan-ruangannya berbentuk seperti gua.
Dari luar, bangunan di atas lahan seluas 1,5 hektar itu tampak tidak beraturan karena tonjolan karang di sana sini.
Lebih dari 500 tahun lalu, Pangeran Emas Zaenul Arifin atau Panembahan Ratu I membangun kawasan taman sari itu.
Dulunya kawasan yang kini menjadi daerah ramai di Cirebon itu adalah hutan jati.
Penerus Sunan Gunung Jati itu kemudian membangun Sunyaragi di atas Danau Segara Jati di tengah hutan.