Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ritual Pemakaman Unik di Trunyan, Jenazah Cuma Direbahkan di Bawah Pohon Sampai Sirna

Ritual pemakaman unik di Kintamani Bali ini menarik wisatawan. Karena cuma ditaruh di bawah pohon kemenyan sampai jenazah sirna.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Ritual Pemakaman Unik di Trunyan, Jenazah Cuma Direbahkan di Bawah Pohon Sampai Sirna
Foto-foto: Kompas/ Riza Fathoni
Pemakaman di Trunyan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. 

TRIBUNNEWS.COM - Trunyan, desa kecil di Kecamatan Kintamani, Bali, tersohor ke mancanegara, terutama karena cara pemakaman warganya yang unik. Jenazah hanya direbahkan di bawah pohon kemenyan sampai sirna dimakan waktu.

Prosesi kematian itu kemudian menarik kehadiran banyak wisatawan. Tak ada ketakutan....

Pagi hari di salah satu desa tertua di Bali itu berdenyut ketika sinar matahari menerobos pepohonan. Keindahan terasa sempurna jika direguk dari pelataran pura kuno Pancering Jagat yang dipercaya sebagai pusat dunia.

Keindahan ini juga direguk oleh turis-turis asing yang berjalan kaki mendaki puncak Bukit Abang I di Banjar Madya, Trunyan.


Kehidupan warga Trunyan, di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.

Meskipun menjadi salah satu destinasi utama wisatawan, keseharian hidup di Trunyan terasa sederhana dan jauh dari hiruk-pikuk. Tak ada hotel atau penginapan di kawasan tersebut.

Bahkan, tidak satu restoran pun bisa ditemui di perkampungan. Hanya ada warung yang menjual minuman dan makanan kemasan untuk kebutuhan sehari-hari penduduk.

Biasanya wisatawan hanya mengunjungi makam tanpa sempat mereguk kehidupan sehari-hari di Trunyan. Pagi itu, Trunyan hanya dimiliki warganya yang sibuk dengan rutinitas harian. Anak sekolah dasar mengisi pelataran lapang di depan Pura Pancering Jagat dengan olahraga pagi.

BERITA TERKAIT

Berpenduduk padat, ada 785 keluarga di Desa Trunyan, dengan kondisi alam perbukitan terjal, Pura Pancering Jagat seolah dikepung rumah penduduk yang rapat tanpa jeda.

Memasuki gang-gang kecil yang hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki, para ibu sibuk membuat perapian kayu dan mulai memasak.

Sebagian warga Trunyan lainnya mengawali hari dengan menanam aneka sayuran, seperti bawang merah, cabai, dan tomat, di tepian Danau Batur.

Orang Trunyan dilarang menanam padi. Sebanyak 40 persen warga berkecimpung di pariwisata sebagai pemandu atau penarik perahu. Pada kunjungan akhir tahun lalu, banyak ladang dan rumah warga tenggelam oleh pasang naik Danau Batur.

Untungnya, sebagian dari rumah itu memang dibiarkan kosong. Pemiliknya yang menetap di empat banjar lain di Desa Trunyan hanya menghuni rumah-rumah itu saat upacara odalan atau ulang tahun Pura Pancering Jagat yang dirayakan pada Purnamaning Sasih Kapat (sekitar Oktober).

Dua tahun sekali, saat odalan, warga mementaskan tarian kuno, barong brutuk. Penari barong brutuk mengenakan topeng dan pakaian dari keraras (daun pisang kering).

Desa tua

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas