Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Eksotisme Pulau Mengkudu: Objek Wisata Terbaru Lampung Selatan

Lautan berwarna biru toska yang mengampar langsung menyambut kami dengan empasan gelombang yang siang itu tak seberapa tinggi.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Eksotisme Pulau Mengkudu: Objek Wisata Terbaru Lampung Selatan
Tribun Lampung/Teguh Prasetyo
Pulau Mengkudu. 

Laporan Reporter Tribun Lampung Teguh Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Media sosial terutama Instagram, ternyata sangat luar biasa memromosikan objek wisata baru untuk dikenal luas di masyarakat.

Salah satu obyek wisata baru yang dipromosikan beberapa waktu lalu adalah Pulau Mengkudu dan Batu Lapis yang berada di di Desa Totoharjo, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan (Lamsel).

Sebenarnya saya kali pertama ke Pulau Mengkudu dan Batu Lapis pada tahun 2011 lalu.

Saat itu, pulau ini sangat belum dikenal masyarakat luas.

Dan beberapa waktu lalu, saya bersama beberapa teman pecinta traveling melakukan perjalanan nekat menuju Pulau Mengkudu dengan mengendarai sepeda motor.

Berita Rekomendasi

Perjalanan kami mulai pukul 09.00 WIB dengan berkumpul di Jalan Raden Intan.

Kebetulan saat itu hari Minggu, maka kami pun berkumpul saat penyelenggaraan Car Free Day.

Setelah terkumpul tujuh orang, akhirnya dengan mengendarai empat sepeda motor, kami pun melakukan perjalanan.

Sayangnya, tak seberapa lama kami harus beristirahat sesaat di sebuah minimarket di daerah Panjang karena hujan yang tiba-tiba turun.

mengkudu
Pulau Mengkudu. (Tribun Lampung/Teguh P)

Tak lebih dari 20 menit, hujan pun mulai reda. Lalu kami mulai melanjutkan perjalanan.

Arus lalu lintas di Jalan Lintas Sumatera menjadi tantangan tersendiri bagi kami agar terus berhati-hati dalam menunggang kuda besi.

Hingga akhirnya setelah satu jam lebih perjalanan, kami tiba di Kota Kalianda.

Kami pun langsung menuju daerah Pesisir Kalianda yang menawarkan pemandangan sangat indah.

Pantai-pantai alami dengan bebatuan serta hamparan pasir putih, menjadi teman selama perjalanan.

Sampai akhirnya kami tiba di Pantai Kahai.

Di depan pintu masuk pantai yang sedang mempercantik diri ini, berkumpul sekelompok pemuda yang menunjukkan arah menuju ke Pulau Mengkudu dan Batu lapis.

Akhirnya kami pun mengikuti arah yang diberikan para pemuda tersebut.

mengkudu
Pulau Mengkudu. (Tribun Lampung/Heru P)

Tak lama kami melintasi jalan sesuai petunjuk, kami tiba di tepi pantai yang terdapat ratusan motor terparkir di sana.

Akhirnya setelah membayar parkir Rp 5000 untuk satu motor, kami ditawari naik perahu dengan biaya perorangnya hanya Rp 20 ribu pulang pergi.

Jalan lain yang bisa dipilih bila takut naik perahu adalah berjalan kaki menyusuri bukit dan perkebunan yang lumayan jauh.

Kami pun akhirnya memilih naik perahu.

Lautan berwarna biru toska yang mengampar langsung menyambut kami dengan empasan gelombang yang siang itu tak seberapa tinggi.

Ada perasaan was-was karena kapal yang kami tumpangi sama sekali tidak ada pegangan dan tempat duduk yang ajek.

Namun, dengan tetap bercanda, kamipun tak menghiraukan ketakutan itu.

Tak lebih dari 10 menit, akhirnya kami tiba di gusung pasir Pulau Mengkudu.

Suasana terik siang bolong langsung menyapa kami. 

Pohon rindang dengan bebatuan berbagai ukuran, terserak di depan mata.

Rasa lelah perjalanan terbayar lunas kala melihat eksotisme warna air laut yang bergradasi di kejauhan.

Kami pun akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil menikmati kudapan dan salat Zuhur di pinggir pantai.

Terlihat beberapa anak-anak asyik berenang di pantai yang terlihat tenang.

Gugusan pasir di Mengkudu sangat berbeda dengan yang ada di Pulau Pahawang ataupun Mahitam, karena tekstur pasirnya kasar dan banyak karang matin.

Kami pun mencoba naik ke bukit untuk mengambil foto gusung pasir Pulau Mengkudu dari atas.

Foto ini memang yang menjadi andalan para pengunjung yang ke sini, selain Batu Lapis.

Cukup waktu 15 menit untuk naik bukit yang lumayan terjal.

Tak lama kami pun turun dan kapal pun telah datang untuk kami naiki guna menuju Batu Lapis.

Ombak lautan saat sore membuat perjalanan ke Batu Lapis lumayan mendebarkan.

Apalagi di sini tak ada dermaga, sehingga pengunjung langsung melompat ke batu lapis.

Tapi, saat tiba di sini, semuanya hilang. Keindahan bebatuan yang seakan berlapis-lapis ini langsung mencuri perhatian.

Kita seakan dibawa ke dunia yang berbeda saat tiba di sini.

Tenang, meski saat itu sangat ramai pengunjung.

Cukup lama waktu yang kami habiskan di Batu Lapis.

Bukan karena kami sangat menikmati, tapi kapal yang mengangkut kami mengalami kerusakan.

Sehingga hampir dua jam kami berada di sini, hingga pengunjung terakhir pun kembali dengan perahunya. (teguh prasetyo)

Sumber: Tribun Lampung
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas