Napak Tilas hingga Datangnya Komunitas Sumedang di Aceh dalam Peringatan Gugurnya Teuku Umar
Nama Teuku Umar diabadikan pada sejumlah nama jalan di tanah air, kapal perang TNI AL, dan ditabalkan sebagai nama universitas di Meulaboh.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Sebagai provinsi yang didapuk sebagai ’daerah modal’, Aceh mempunyai sederet pahlawan nasional.
Salah satunya yaitu Teuku Umar.
Upacara peringatan gugur Teuku Umar.
Pahlawan asal Tanah Rencong saat perang Aceh dengan Belanda berkecamuk.
Peperangan demi peperangan yang panjang dan melelahkan dimulai sejak Teuku Umar berusia muda belia yaitu 19 tahun.
Taktik gerilya hingga berpura-pura menyerah dan menjadi antek Belanda pun dilakoni.
Bagi rakyat Aceh, perang melawan Belanda bukan sekedar perang merebut kemerdekaan tapi perang di jalan Tuhan (fi sabilillah) yang diganjar syahid.
Itulah yang memantik semangat juang para pejuang Aceh yang dikenal heroik.
Kini jasad Teuku Umar yang lahir di Meulaboh, Aceh Barat 1854 dipusarakan di Desa Mugo Rayeuk Kecamatan Panton Reu kabupaten setempat.
Puncak peringatan 117 tahun gugurnya Teuku Umar yang jatuh pada Kamis, (11/2/2016) berlangsung khidmat dan meriah.
Pelepasan peserta napak tilas. (Dok Humas Aceh Barat)
Inspektur upacara Dandim 0105 Aceh Barat, Letkol Inf Herry Riana Sukma, dihadiri Bupati HT Alaidinsyah, Kasrem 012/TU, Letkol Inf Puguh Suwito, Kajari Ahmad Sahruddin, Wakapolres, pejabat lingkup Pemkab serta TNI, Polri, dan tokoh masyarakat lainnya.
Gembita peringatan gugurnya sang pahlawan dimeriahkan dengan pementasan drama, lomba baca puisi dan lagu perjuangan, tukar pohon, napak tilas, serta pesta rakyat.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Aceh Barat, T Novizar SE mengatakan napak tilas diikuti 24 regu dengan menempuh rute 42 Km.
Tak tanggung-tanggung, panitia menggelontorkan total hadiah Rp 57 juta.
Peringatan kali ini terasa istimewa dengan kehadiran komunitas adat dari Sumedang, Jawa Barat.
Kedatangan 20-an masyarakat adat dari tatar Sunda itu khusus untuk menjalin silaturrahmi.
Hal ini dimaksudkan agar semangat Tjut Nyak Dhien dan Teuku Umar menjadi satu.
Setiap tanggal 8 November, masyarakat Sumedang selalu memperingati gugurnya pahlawan nasional Tjut Nyak Dhien.
Tjut Nyak Dhien tak lain adalah istri dari Teuku Umar yang diasingkan ke Sumedang dan tutup usia di tempat pengasingan.
“Sengaja kami datang bawa pohon dari sana. Begitu juga pohon dari sini kami tanam di sana. Di sini kita minum kopi, di sana kita makan tahu,” ujar Komunitas adat Sumedang, Dr Kamal A Arif.
Semoga semangat itu tetap terjaga.
Pemkab setempat mengusulkan dana Rp 27 miliar untuk pemugaran makam.
Pemugaran dilakukan dengan membangun sejumlah fasilitas di kompleks makam sehingga memudahkan peziarah yang datang.
“Saat ini sudah kita usulkan anggaran ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama desainnya. Kita berharap apa yang kita usulkan mendapat perhatian dari pusat. Apalagi ini merupakan makam pahlawan nasional,” kata Bupati Aceh Barat, HT Alaidinsyah di sela-sela acara.
Nama Teuku Umar diabadikan pada sejumlah nama jalan di tanah air, kapal perang TNI AL, dan ditabalkan sebagai nama sebuah universitas di Meulaboh.