Lontong Banjar Ini Berubah Nama Jadi Lontong Cap Gomeh Ketika Perayaan Imlek
Lontong Banjar ini berubah nama jadi Lontong Cap Gomeh saat perayaan Imlek tiba.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN- Hari raya Cap Go Meh adalah sebuah tradisi perayaan tahun baru bagi masyarakat Cina.
Biasanya, dirayakan 15 hari setelah Imlek.
Selain berkumpul dengan para sanak saudara, biasanya mereka juga memakan hidangan khas Cap Go Meh, yaitu Lontong Cap Go Meh dan ada atraksi barongsai.
Tahun ini, Imlek jatuh pada 8 Februari 2016 dan Cap Go Meh dirayakan pada 22 Februari ini.
Lontongnya disajikan di kelenteng-kelenteng di Banjarmasin pada Senin (22/2/2016) malam.
Biasanya, masyarakat Tionghoa juga akan menggelar sembahyang di perayaan Cap Go Meh ini.
Dilanjutkan dengan memakan lontongnya bersama-sama.
Kata Cap Go Meh adalah lafal dialek Tio Ciu dan Hokkian.
Artinya malam ke 15.
Sedangkan pada lafal dialek Hakka Cang Njiat Pan berarti pertengahan bulan kesatu.
Di daratan Tiongkok dinamakan Yuan Xiau Jie yang dalam bahasa Mandarin artinya festival malam bulan kesatu.
Menurut tradisi rakyat Tiongkok, usai Cap Go Meh, maka berakhirlah seluruh perayaan tahun baru Imlek.
Pada malam itu, rakyat Tiongkok mempunyai kebiasaan memasang lampion berwarna-warni, maka festival ini juga disebut sebagai “hari raya lampion.
Tradisi ini bermula pada zaman Dinasti Zhou (770 - 256 SM).
Setiap tanggal 15 malam bulan satu Imlek para petani memasang lampion-lampion yang dinamakan Chau Tian Can di sekeliling ladang untuk mengusir hama dan menakuti binatang-binatang perusak tanaman.
Memasang lampion-lampion selain bermanfaat mengusir hama, kini tercipta pemandangan yang indah di malam hari tanggal 15 bulan satu.
Untuk menakuti atau mengusir binatang-binatang perusak tanaman, mereka menambah segala bunyi-bunyian serta bermain barongsai, agar lebih ramai dan bermanfaat bagi petani.
Kepercayaan dan tradisi budaya ini berlanjut turun menurun, baik di daratan Tiongkok maupun di perantauan di seluruh dunia.
Ini adalah salah satu versi darimana asal muasalnya Cap Go Meh.
Ada juga yang menyebutkan bahwa asal usul hari raya ini adalah untuk memperingati hari lahir Siang Goan Thian Koan.
Dia adalah dewa yang memerintah bumi dan langit.
Pada hari Cap Go Meh, Siang Goan Thian Koan turun ke bumi untuk mengampuni umat manusia.
Selain itu, masih banyak lagi versi sejarah Cap Go Meh lainnya.
Seluruhnya ada tujuh versi.
Menurut Pengurus Tempat Ibadat Tri Dharma Soetji Nurani, Banjarmasin, Tiono Husin, perayaan Cap Go Meh di Indonesia, khususnya di Banjarmasin, berbeda dengan yang di daratan Tiongkok sana dan juga dengan daerah-daerah lain di Nusantara ini.
“Di sini, ada sajian khusus berupa Lontong Cap Go Meh,” katanya.
Hal itu bisa terjadi karena adanya perpaduan budaya Tionghoa dengan masyarakat setempat.
“Di Cina sana tidak ada lontong, sementara di sini ada. Karena di sini lontong sangat populer, makanya juga sering dimakan orang Cina di sini menjadi hidangan spesial saat Cap Go Meh,” terangnya.
Lantas, apa bedanya Lontong Cap Go Meh dengan lontong Banjar? Menurutnya sama saja.
Hanya namanya saja berbeda karena kerap disajikan sebagai hidangan khusus saat Cap Go Meh.
“Lontong Cap Go Meh itu ya Lontong Banjar juga, sama saja. Bumbu-bumbunya, rasanya, cara memasaknya semuanya sama dengan Lontong Banjar. Cuma namanya saja ada kata-kata Cap Go Meh karena di Banjarmasin dijadikan hidangan spesial saat perayaan Cap Go Meh,” sebutnya.
Menariknya lagi, di kelenteng ini banyak ditemui sesaji berupa kembang bogam.
Beberapa buah altar ini dipenuhi taburan bunga dan beberapa buah bogam, ada yang besar ada juga yang kecil.
Bogamnya tampak segar-segar.
Bogam adalah rangkaian bunga khas Banjar yang beralas daun pisang, bunga-bunga seperti melati yang masih kuncup dan mawar dijahit di daun pisang itu.
Bogam biasanya berbentuk bulat.
Dalam adat Banjar, bogam biasanya diberikan kepada tamu terhormat dalam sebuah acara penyambutan usai persembahan tari Baksa Kembang.
Di kelenteng saat Cap Go Meh, ternyata bogam-bogam ini memiliki fungsi khusus yaitu diyakini untuk memudahkan mendapatkan jodoh bagi para lajang.
Kemeriahan perayaan Cap Go Meh juga berlangsung di Kelenteng Karta Rahardja atau Po An Kiong, Jalan Niaga nomor 45, Banjarmasin.
Di sini juga banyak ditemui bogam.
Bogam-bogam itu diletakkan di altar kelenteng, didoakan lalu usai makan lontong bersama, bogam-bogam itu dibawa pulang.
Tradisi ini ada terjadi saat Cap Go Meh di kelenteng ini.
Keyakinan itu begitu kuat di kalangan masyarakat Tionghoa di Banjarmasin.
“Percaya atau tidak, biasanya ada saja yang kemudian dapat jodoh setelah menyimpan bogam ini,” ujar Pengurus kelenteng Po An Kiong ini, Nyonya Kim..
Percaya atau tidak, namun seperti itulah tradisi dan keyakinan perayaan Cap Go Meh di Banjarmasin.
Mereka menyerap kebudayaan Banjar dalam hal ini.
Sebab, dalam kebudayaan Banjar penggunaan bogam biasanya untuk memuliakan tamu agung, hiasan kembang pengantin, pelengkap perhiasan rambut pengantin perempuan Banjar dan keris pengantin lelaki Banjar.
Menariknya lagi, ditambahkan oleh Pengurus lainnya dari kelenteng ini, Leo Sugiyanto, bogam-bogam itu selalu silih berganti saat perayaan Cap Go Meh.
Bagi mereka yang masih jomblo, bisa mengambil bogam ini untuk disimpan hingga berhasil mendapatkan pasangan dan harus dikembalikan saat Cap Go Meh tiba.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.