Candi Asu, Candi Peninggalan Tahun 880 Masehi, Letaknya di Lereng Gunung Merapi
Letak candi ini masih satu jalur dengan obyek wisata Ketep Pass.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Borobudur, candi Budha terbesar di dunia ini telah menjadi ikon kabupaten Magaleng.
Tetapi jika berbicara mengenai peninggalan bersejarah berupa candi, Magelang tidak hanya memiliki Borobudur.
Beberapa candi tersebar di sejumlah wilayah Magelang, dan salah satunya adalah Candi Asu.
Candi Asu, Magelang, Jawa Tengah. (Tribun Jogja/Hamim)
Candi ini berada di daerah lereng gunung Merapi, tepatnya di Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Candi ini berada di sekitar area persawahan dan perkebunan miliki warga.
Lokasi candi di dekat pertemuan Sungai Pabelan dan Sungai Telingsing.
Tidak jauh dari Candi Asu juga terdapat dua buah candi lainnya, yakni candi Lumbung dan candi Pendem.
Berdasarkan data dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, candi Asu adalah candi berlatar belakang agama Hindu.
Pendirian candi ini terkait dengan penemuan sejumlah prasasti di dekat candi Asu, seperti prasasti Sri Manggal II, Kurambitan I dan II yang berisi tentang Sang Pamgat Hino Pu Apus yang menetapkan dharmmanya di Salingsingan.
Selain itu, ada prasasti lain yang menyebutkan tentang dharmma Sri Maharaja Rakai Kayuwangi kepada Bharata di Salingsingan yang berangka tahun 802 Saka atau 880 Masehi.
Pada tahun itulah diperkirakan candi Asu ini dibangun.
Candi Asu menghadap ke barat. Candi ini berdenah bujur sangkar dengan panjang sisi 7,94 meter. Tinggi kaki candi 2,5 meter, tinggi tubuh candi 3,35 meter. Sedangkan tinggi bagian atap candi tidak diketahui secara pasti karena telah runtuh.
Di bagian dalam candi terdapat sumur berbentuk persegi yang kedalamannya mencapai 3 meter dengan lebar berukuran 1,3 meter kali 1,3 meter. Fungsi sumur belum diketahui secara pasti, meski di dinding sumur masih terlihat bekas ketinggian debit air.
Dulunya di dalam tubuh candi tersebut juga terdapat patung Lembu Nandhi.
Nama Candi Asu sendiri diberikan karena sewaktu pertama kali ditemukan patung Lembu Nandhi wujudnya telah rusak dan lebih mirip menyerupai Asu (Anjing-dalam bahasa Jawa).
Beberapa relief pada bagian kaki dan tubuh candi masih bisa dilihat. Pada bagian kaki candi terdapat motif hias sulur-suluran, flora, dan burung kakak tua.
Pada tubuh candi terdapat bingkai berhias sulur-suluran, tetapi pada bagain dalamnya berupa bidang kosong.
Candi ini cukup jarang dikunjungi wisatawan.
Meskipun demikian, kebersihan di area candi cukup terjaga.
Letak candi ini masih satu jalur dengan obyek wisata Ketep Pass, jadi tidak ada salahnya anda mampir ke Candi Asu untuk menikmati keindahan warisan nenek moyang kita sembari menambah wawasan tentang sejarah.
Untuk melihat dan menikmati candi Asu, pengunjung tidak dikenakan biaya masuk.