Misteri Kuil Hanoman di Pulau Kembang dan Asal-usul Banyaknya Monyet Keliaran
Ada banyak misteri di Pulau Kembang di Kabupaten Baritokuala, Kalimantan Selatan. Termasuk Kuil Hanoman dan banyaknya monyet-monyet.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN- Pulau Kembang di Kabupaten Baritokuala, Kalimantan Selatan merupakan sebuah destinasi wisata andalan provinsi ini.
Pulau ini berada di tengah perairan Sungai Barito dan mudah diakses dari Banjarmasin.
Transportasi ke sana menggunakan kelotok atau perahu mesin.
Dari Banjarmasin, perjalanannya tidak sampai satu jam jika naik dari dermaga kelotok di Siring Tendean, Jalan Kapten Pierre Tendean, Banjarmasin.
Selama di perjalanan, Anda akan disuguhi pemandangan kehidupan warga di tepi sungai, anak-anak yang dengan riangnya mandi di sungai.
Namun jangan kaget jika anak-anak ini ada yang usil menaiki kelotok Anda dan meminta uang kepada Anda.
Sebaiknya tidak usah diladeni, karena kabarnya jika sekali diberi, nanti mereka akan datang lagi meminta uang kepada wisatawan.
Tiba di Pulau Kembang, sekawanan monyet lapar menyerbu.
Mereka melompat dari dermaga di pulau itu ke kelotok yang merapat dan merampas apa saja milik wisatawan yang bisa mereka makan.
Memasuki pulau ini, wisatawan lokal dikenai tarif masuk Rp 5.000 di hari biasa dan Rp 7.500 per orang di hari libur.
Sementara untuk wisatawan mancanegara dikenai tarif masuk Rp 100 ribu di hari biasa dan Rp 150 ribu per orang di hari libur.
Pulau ini sejak dulu dihuni para monyet.
Di dalamnya ada beberapa bangunan seperti kuil kecil agama Hindu, pondok tempat pemandian dan pengobatan tradisional untuk anak kecil serta warung yang menjual makanan ringan dan minuman.
Di belakang bangunan-bangunan ini, ada hutan rimba tempat para monyet itu tinggal.
Mereka bisa dengan bebas berkeliaran dan bergelantungan.
Di sana ada beberapa orang warga lokal yang menjadi pemandu wisatanya serta penjual makanan seperti kacang untuk dibagikan ke para monyet itu.
Makanan tersebut murah saja, berkisar ribuan rupiah.
Kuil Hanoman dan banyaknya monyet di sekitar, jadi pesona sekaligus misteri di Pulau Kembang, Kabupaten Barito Kuala, Kalsel.
Para pemandu wisata tersebut bersedia menemani Anda berkeliling tempat tersebut dengan tarif sukarela.
Namun sepertinya Anda harus berhati-hati, karena ada saja pemandu wisata lainnya yang menodong-nodong Anda untuk meminta uang.
Sekali Anda terlihat oleh mereka memberi uang kepada pemandu wisata Anda, mereka akan mendekati Anda dan menodong Anda.
Bahkan ada yang jika tak diberi, mereka akan memaki Anda.
Akan lebih aman jika Anda tak memberi mereka tip apa pun atau memberikannya namun jangan sampai terlihat oleh pemandu lainnya.
Pulau ini, ujar seorang penjaganya, Siti Makratul Jannah, penuh dengan legenda.
Banyak versinya yang berkembang di masyarakat, namun dia menceritakan apa yang sering didengarnya dari para sesepuh di keluarganya adalah pulau ini memang sejak dulu dihuni para monyet.
“Konon, dulu pulau ini adalah tempat para raja dan ratu memohon sesuatu jika mereka punya hajat. Mereka kerap berdoa atau melakukan sesuatu di sini sebagai syarat agar hajat mereka terkabul,” ceritanya.
Makanya, di tempat ini ada sebuah pondok dari kayu tempat memandikan anak-anak.
Jika ada orangtua yang memiliki hajat tertentu terhadap anak mereka atau anak mereka sakit maka dimandikan di sini, dengan harapan penyakit atau hajat untuk si anak akan terkabul.
“Biasanya ada saja yang meminta mandinya pakai mayang. Itu syarat saja, sudah semacam tradisi,” timpal penjaga lainnya di tempat ini, Abdul Sidik.
Di dekat situ juga ada sebuah kuil kecil umat Hindu yang terbuka dan di tengahnya ada altar.
Di atas altar itu ada dua buah patung hanoman berbalut kain kuning.
Kuil Hanoman dan banyaknya monyet di sekitar, jadi pesona sekaligus misteri di Pulau Kembang, Kabupaten Barito Kuala, Kalsel.
“Hanomannya itu sepasang, laki dan bini. Dulu dibangun oleh orang Cina. Kabarnya itu sebagai bentuk rasa syukur hajat mereka untuk bisa sukses di Kalimantan Selatan ini berhasil,” imbuh Siti.
Dia juga menuturkan dulu di sini pernah ada kapal tenggelam sehingga tempat ini menjadi sesuatu yang penuh legenda dan keramat juga.
“Saya tak tahu pasti itu kapal apa. Apakah milik Belanda atau bukan. Soalnya versi legendanya banyak dan berbeda-beda,” katanya.
Di waktu-waktu tertentu, orang-orang Cina itu juga kerap mengunjungi pulau ini dan bersembahyang di kuil tersebut.
Walau begitu, sayangnya kondisi kebersihan pulau ini kurang terjaga.
Di sudut-sudut tertentu banyak sampah berserakan dan lantai kuilnya pun tampak kotor karena sering disinggahi wisatawan dan para monyet itu.
Seorang pengunjungnya, Arya, datang bersama teman-temannya.
Memanfaatkan hari libur Nyepi dan gerhana matahari total di Banjarmasin pada Rabu (9/3/2016) pagi, dia dan teman-temannya naik kelotok dari siring Tendean ke pulau tersebut.
Pintu masuk bagi wisatawan menuju Pulau Kembang di Kabupaten Barito Kuala, Kalsel.
Apalagi, ada harga khusus Rp 35.000 per orang untuk ke sana khusus di hari itu.
Kalau harga normalnya Rp 350.000.
“Buat menghabiskan waktu libur saja. Tadi pagi di siring lihat gerhana matahari terus lanjut ke Pulau Kembang,” ungkapnya.
Dia juga senang ada harga khusus tersebut, lumayan menghemat kocek.
Jika ingin ke pulau ini, biasanya banyak kelotok dari Banjarmasin yang melayani rute wisatanya.
Di antaranya ada di dermaga Siring Tendean tersebut.
Para motorisnya sering mangkal di sana tiap hari.
Lokasi dermaganya dekat dengat Jembatan Merdeka dan pasar terapung. (Yayu Fathilal)