Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Makam Keramat Ratu Bagus Kuning di Palembang, Dijaga Kawanan Kera

Kekeramatan tidak hanya menyelimuti makam, ratusan kera yang turun-temurun menempati komplek makam itu dipandang bukan kera biasa.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Makam Keramat Ratu Bagus Kuning di Palembang, Dijaga Kawanan Kera
Sriwijaya Post/Andika Wijaya
Pintu gerbang Kompleks Makam Ratu Bagus Kuning, Jl DI Panjaitan, Kelurahan Tangga Takat, Kecamatan Seberang Ulu II, Sumsel. 

TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG— Di Palembang banyak komplek pemakaman yang menjadi destinasi wisata bersejarah.

Mulai dari makam para ulama, keluarga Kesultanan Palembang Darussalam, hingga tokoh-tokoh penting di Bumi Sriwijaya.

 
Inilah kawanan kera yang diyakini sebagai penjaga Komplek Makam Ratu Bagus Kuning di Palembang, Sumsel. (Sriwijaya Post/Andika Wijaya)

Salah satu komplek makam yang cukup banyak menarik perhatian pengunjung adalah Komplek Makam Ratu Bagus Kuning yang terletak di Jl DI Panjaitan,  Kelurahan Tangga Takat, Kecamatan Seberang Ulu II.

 
Posisinya berada di belakang Stadion Patra Jaya, Plaju, Palembang atau lebih dekat dengan Sungai Musi.

 
Selain berziarah, komplek makam ini kerap didatangi warga karena suasana sejuk di sekitarnya.

 
Pohon bambu rindang yang tumbuh di sekitar makam menghadirkan suasana sejuk saat berada di komplek tersebut.

Yang lebih menarik lagi, di komplek makam ini terdapat puluhan kera yang bisa diajak berinteraksi.

BERITA TERKAIT

Kawanan kera berekor panjang akan mendekat tanpa malu-malu saat penjaga makam (juru kunci) berteriak memanggil untuk memberikan pisang sebagai makanan.

 "Kondor…kondor, makan-makan… sini kumpul”. Demikian Nasir sang juru kunci biasa memanggil kawanana kera itu.

 Di komplek makam itu terdapat makam Ratu Bagus Kuning dengan bangunan makam berkubah bersama tiga makam tokoh lainnya, yaitu Penghulu Gede Tubagus Karang, Datuk Buyung dan Kuncung Manis.

Di luar bangunan, terdapat 10 makam lainnya, yaitu Panglima Bisu, Panglima Batu Api, Syekh Ali Akbar, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Idrus, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, Bujang Juaro, Panglima Semut, dan Syekh Usman.

Makam-makan disekitar bangunan berkubah itu terletak menyebar pada beberapa lokasi.

Sebuah papan nama terpancang pada setiap makam menunjukan nama tokoh yang di makamkan. Meskipun demikian, tidak tercantum masa hidup dan riwayat masing-masing tokoh.

Makam-makam itu berbentuk persegi panjang dengan ukuran bervariasi.

Makam yang ukurannya terlebar adalah makam Panglima Bisu, dengan ukuran sekitar 1 x 2 meter, makam itu bersebelahan dengan makam Puteri Kembang Dadar. Sebagian nisan yang terdapat pada makam itu tidak asli lagi.

Nisan makam Ratu Bagus Kuning yang dibuat dari kayu bukan nisan asli.

Nisan yang masih asli antara lain terdapat pada makam Tubagus Karang, Puteri Kembang Dadar, dan Panglima Bisu.

Menurut juru kunci Ratu Bagus Kuning, Muhammad Nasir, seluruh makam di kompleks itu dikeramatkan.

"Setiap bulan,  pasti ada saja orang yang datang berziarah,” kata Nasir.

Nasir mengatakan, kekeramatan tidak hanya menyelimuti makam, ratusan kera yang turun-temurun menempati komplek makam itu dipandang bukan kera biasa.

Kera berbulu abu-abu ini diyakini keturunan laskar, pasukan Ratu Bagus Kuning.

Bahkan kera tertua yang dipanggil kondor diyakini sudah berusia 21 tahun.

Nasir menuturkan, kera-kera itu tidak setiap saat menampakkan diri di komplek makam. 

Apabila pengunjung dianggap kurang menyenangkan, kawanan kera itu akan menghindar.

Pengunjung yang dianggap tidak tertib di kompleks makam juga sering mendapatkan masalah.

"Ada yang saat keluar dari bangunan makam tersandung, atau terlempar. Ada yang percaya bahwa hal itu disebabkan kelakuan yang tidak tertib," ujar Nasir. (Sriwijaya Post/Andika Wijaya)

Sumber: Sriwijaya Post
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas