Rasakan Suasana Angker di Penjara Tua Kema, Minahasa Utara, Konon Tempat Ini Dijaga Ular Besar
Penjara itu jadi tempat tahanan terakhir sebelum dieksekusi, yang ditahan di sini adalah tokoh politik. Jika masuk, sudah hampir pasti dia akan mati.
Editor: Malvyandie Haryadi
Benteng itu dibuat menurut model benteng yang umum saat itu, di mana penjara berada di bagian belakang, sedang di depan terdapat meriam.
Ismet menunjuk bagian depan penjara yang kini jadi permukiman penduduk sebagai bekas benteng. "Bekas pondasinya masih ada," kata dia.
Diceritakan Ismet, benteng itu luluh lantak oleh meriam dari kapal perang Belanda.
Namun penjara itu tak ikut hancur karena berada di bagian belakang benteng.
Pemboman besar-besaran itu mengakhiri era Portugis, kemudian Belanda berkuasa hingga 300 tahun kemudian.
Penjara itu sudah jadi momok bagi setiap penjahat perang di zaman Portugis.
Terlebih di zaman Belanda, yang punya banyak musuh, baik dari negara asing maupun warga sekitar.
"Penjara itu jadi tempat tahanan terakhir sebelum dieksekusi, yang ditahan di sini adalah tokoh politik serta pemberontak. Jika masuk ke sini hampir bisa dipastikan nyawanya tak bisa selamat," cerita Ismet.
Kengerian penjara tua Kema berlanjut di zaman Perang Dunia II, ketika banyak orang Belanda dijebloskan ke sana oleh Jepang lantas dibunuh.
Ismet mengatakan, warga sekitar sering mengalami kejadian aneh di sekitar penjara itu.
Ia sendiri pernah melihat ular besar keluar dari penjara itu.
"Warga lainnya juga melihat ular itu, yang sangat besar dan panjang seperti naga, katanya ular itu menjaga tempat itu," terang Ismet.
Karim Ombinggo, penjaga penjara sejak 1960, mengaku mengalami kejadian aneh sewaktu pertama menjaga penjara itu.
"Ada suara orang menjerit kesakitan seperti dipukul, lalu suara kera," ujarnya.