Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pesona Indonesia di Festival Wisata Religi Manaqib 2016

Menpar Arief Yahya menjawab: benar 100 persen. Pergeseran orang dari satu titik kota ke kota yang lain di dalam negeri

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Pesona Indonesia di Festival Wisata Religi Manaqib 2016
jabar.pojoksatu.id
Festival Wisata Budaya Religi Manaqib 2016 

TRIBUNNEWS.COM, CIAMIS – Wisata religi, betulkah berdampak signifikan pada ekonomi rakyat? Menpar Arief Yahya menjawab: benar 100 persen. Pergeseran orang dari satu titik kota ke kota yang lain di dalam negeri, itu sudah dihitung sebagai wisata.

Karena mereka akan membelajakan uangnya selama berwisata, sekalipun motifnya untuk kepentingan religi.

“Sebenarnya, orang Umrah dan Haji itu dalam konteks pariwisata juga disebut wisata. Arab Saudi mendapatkan pundi-pundi devisa besar dari wisata ziarah ke tempat-tempat bersejarah itu,” kata Menpar Arief Yahya di Jakarta.

Haji, kata dia, lebih dikategorikan sebagai “Destinasi Waktu”, karena orang datang persis pada waktu yang ditentukan. Harus ada prosesi Wukuf di Arafah, 9 Dzulhijah. Sedangkan, Umrah, itu lebih menitik beratkan pada ziarah, tidak harus menunggu waktu tertentu. Dua-duanya, adalah wisata bertema religi.

“Anda bisa bayangkan, jutan manusia berkunjung di Makkah dan Madinah untuk menjalankan ibadah. Dalam konteks pariwisata, itu adalah wisata ziarah,” ungkapnya.

Bagaimana dengan wisnus? “Kita punya banyak tempat-tempat berziarah dan selama ini dengan amenitas seadanya sudah hidup. Jika ditembah dengan sentuhan pariwisata, tentu itu akan lebih kuat daya dobrak ekonominya,” ujar Mantan Dirut PT Telkom yang ahli menciptakan portofolio bisnis baru itu.

Seperti halnya, Festival Wisata Budaya Religi Manaqib 2016, yang digelar di Pondok Pesantren (Ponpes) Sirnarasa di Dusun Ciciuri, Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat ini. Kemenpar pun mulai membungkus beberapa aktivitas seperti ini sebagai bagian dari wisata religi.

Berita Rekomendasi

Ada pergerakan masyarakat, ada aktivitas kuliner, kerajinan tangan, penyewaan kendaraan, penginapan, souvenir, dan ekonomi kreatif lainnya.

Ribuan pengunjung tumplek blek ke Ciamis. Daerah-daerah di Jawa Barat seperti Cirebon, Garut, Tasikmalaya, Bandung, Sumedang, Majalengka, Kuningan, Bogor berduyun-duyun datang ke sana. Ada juga yang dari Jawa Tengah seperti Tegal, Pemalang, dan Cilacap. Bahkan dari Jakarta serta Sumatera, seperti Lampung dan Palembang.

Sukses kegiatan ini tak lepas dari support teknologi yang diterapkan Kemenpar. Promosi dilakukan dengan memanfaatkan IT, internet dan sosial media.

Kemenpar tak ingin melewatkan potensi jumlah pengguna internet dan tingkat keaktifan netizen dalam mengolah jari dan matanya di dunia maya. Media baru ini benar-benar dimanfaatkan Kemenpar menjadi media promosi.

“Kami mempromosikannya lewat beragam social media. Kemenpar tinggal memikirkan strategi yang lebih besar untuk mengejar target wisman 20 juta di tahun 2019. Tentu dengan menggunakan instrumen digital,” ungkap Asisten Deputi Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata, Raseno, Sabtu (20/3).

Hasilnya memang efektif. Masyarakat begitu aktif meluncur di dunia maya. Mulai banyak yang mencari tahu. Masyarakat jadi makin mudah mengakses informasi. Nah, kesempatan-kesempatan inilah yang coba dimanfaatkan Kemenpar sebagai media promosi.

"Saya tahu tauziah, khidmad ilmiah serta zikir akbar di festival ini dari media sosial. Saat membaca dari weblog, saya langsung ke Ciamis," kata Fani Ahmad, pengunjung asal Palembang.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas