Dulu Taman Sri Deli di Medan Dipakai Memadu Kasih Makan Sepiring Berdua, Entah Kenapa Kini Sepi
Taman Sri Deli dulu ramai dipakai muda-mudi memadu kasih makan rujak sepiring berdua. Entah mengapa kini sepi.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.com- Rujak Taman Sri Deli, pancuran air tinggi dan barisan pohon besar dan rimbun dulunya menjadi ikon Taman Sri Deli Jalan Masjid Raya Medan.
Masyarakat menjadikan Taman Sri Deli tempat berkumpul keluarga, seperti piknik.
Kemudian pasangan muda memadu kasih sepiring berdua menyicipi rujak, dan tidak ketinggalan anak-anak berlarian di pinggir kolam, yang sesekali mengambil air di kolam dan main siram-siraman dengan anak lainnya.
Tapi tidak sekarang. Setelah direnovasi dan sempat ditutup hampir dua tahun, dibukanya pagar Taman Deli tidak membuat masyarakat tertarik atau merayakan kembalinya Taman Sri Deli.
Taman Sri Deli di Medan yang entah mengapa kini sepi pengunjung. Padahal sebelum direnovasi besar-besaran malah ramai wisatawan. - TRIBUN MEDAN/ SILFA HUMAIRAH
Penantian 2 tahun renovasi, namun setelah dibuka dan bisa diakses warga. Entah enggan atau seperti tidak ada kedekatan lagi. Taman yang baru direnovasi dengan anggaran Rp 9 Milyar tersebut sepi pengunjung.
Barisan bangku yang terbuat dari semen tersebut tampak kosong.
Pajangan foto tempo dulu tidak ada yang ingin melihat, bahkan berdebu. Taman kehilangan hiruk pikuk, kehilangan canda tawa dan keriuhan suasana ramai.
Andi, seorang pedagang minuman, menuturkan sudah beberapa pekan ia menjajakan jajanan dan minuman setelah pintu gerbang dibuka.
Namun, pengunjung selalu sepi khususnya siang hingga sore, sedangkan malam hanya beberapa orang.
"Lumayan ramai kalau malam Jumat dan malam Sabtu, tapi itu karena banyak anak komunitas sepeda motor kumpul depan trotoar taman bukan karena mengunjungi taman," katanya.
Padahal menurutnya, dulu sebelum direnovasi taman selalu ramai khususnya sore hingga malam. Masukan bersih yang dulunya bisa Rp 80 ribuan dari hanya menjual jajanan dan minuman berubah drastis menjadi Rp 5 ribuan.
"Laku 5-8 minuman aja sudah syukur. Banyak yang beli malah dari pengunjung mesjid Raya," tambahnya.
Hendrik Dalimunthe, Sejarawan, dan Peneliti Pusat Studi Sejarah Unimed, yang fokus dengan sejarah kota termasuk taman Putri Deli atau Sri Deli Taman Sri Deli (TSD) menuturkan TSD adalay warisan kultural peninggalan Kesultanan Deli yang didirikan akhir abad kesembilan belas.