Dulu Taman Sri Deli di Medan Dipakai Memadu Kasih Makan Sepiring Berdua, Entah Kenapa Kini Sepi
Taman Sri Deli dulu ramai dipakai muda-mudi memadu kasih makan rujak sepiring berdua. Entah mengapa kini sepi.
Editor: Agung Budi Santoso
Berdirinya TSD ini hampir bersamaan dengan pembangunan Masjid Raya.
TSD merupakan tempat istirahat Sultan dan keluarga terdekatnya. Lokasinya di depan Masjid Raya dan menghadap Istana Maimun, memiliki nilai sosial dan nilai relijius.
"Di masa kejayaan Kesultanan Deli bangunan bersejarah ini cukup bersih dan indah. Bersih dan indahnya TSD ini sengaja dirancang karena menghadap pelataran Istana Maimun. TSD merupakan simbol kemakmuran yang mendatangkan keteduhan dan kedamaian," katanya.
Di saat Sultan dan keluarga menikmati keindahan, kehijauan daun tembakau dan bersemainya pemukiman-pemukiman baru, Sultan dan keluarga mempunyai tempat istirahat di jantung kota.
TSD tidak hanya sebagai tempat tetirah, tetapi juga menjadi tempat Sultan Deli menyaksikan denyut kehidupan kota. Karena berdekatan dengan Masjid Raya, jika sedang beristirahat saat tiba waktu menegakkan shalat, Sultan ke Masjid Raya.
Hendrik Dalimunthe, menuturkan setelah revitalisasi yang ditawarkan pemerintah Kota Medan terhadap Taman Sri Deli menuai kontra dari pemerhati sejarah, akademisi serta masyarakat luasnya lainnya.
Sehingga mengembalikan kembali kemanfaatan dan nilai sejarah kenangan dari masa keemasan Kesultanan Deli menjadi sorotan.
Walaupun, Taman Sri Deli tidak lagi menyerupai dalam bentuk aslinya. Namun, para pemerhati dan akedemisi sejarah masih tetap menginginkan memori itu tidak tenggelam oleh perkembangan zaman.
"Melihat antusias masyarakat Kota Medan belakangan ini, hampir sama sekali masyarakat tidak tertarik, bahkan para wisatawan pun enggan menyinggahi taman itu.
Wajar bila hal ini menimbulkan pertanyaan, ada apa dan mengapa? Pemerintah Kota Medan seharusnya berbenah diri dan menghidupkan daya tarik nilai kelokalannya, bukan malah memusnahkannya," katanya.
Menurutnya renovasi dilakukan katanya untuk mengundang pengunjung wisatawan lokal, nasional dan internasional datang ke Kota Medan. Akan tetapi, program Dinas Pariwasata Kota Medan, khusunya pada program Rakor Pelaksanaan Sustainable Tourism di Kota Medan, (14 Maret 2016, Karibia Boutique Hotel).
Dalam Rakor itu sama sekali tidak memasukkan Taman Sri Deli yang menyandang status Cagar Budaya pada program “Objek Wisata Potensial Kota Medan untuk disertifikasi”, yang ada hanya Istana Maimoon dan Mesjid Raya, Tjong A Fie Mansion, Ternak Buaya Asam Kumbang, Gereja Anna Maria Valengkani, Lapangan Merdeka, dan Hotel.
"Padahal bersamaan dengan pembangunan kota Medan yang dilakukan pemerintah Hindia-Belanda, Sultan Deli pun membangun gaya khas lokal Melayu Deli diberbagai tempat, termasuk Taman Sri Deli.
Sesungguhnya tata letak Taman Sri Deli sangat strategis, bersampingan dengan icon Kota seperti Mesjid Raya, juga jaraknya berdekatan dengan Istana Maimoon dan berada di jantung kota.
Bila saja pemerintah Kota Medan serius memanfaatkan kestrategisan ini, pastilah renovasi tersebut untuk menjadikannya icon, nyatanya malah tidak memasukkannya," tambahnya.