Percaya atau Tidak, Ini Kisah Mistis yang Ada pada Sulaman Arguci Khas Banjar
Sulaman khas Banjar ini sudah berusia ratusan tahun dan hingga sekarang masih lestari.
Editor: Malvyandie Haryadi
Dia tak hanya menyulam arguci untuk dijadikan hiasan dinding, namun juga disulamnya di busana pengantin Banjar dan busana sehari-hari adat Banjar seperti baju nanang dan baju galuh.
Arguci ini dijualnya ratusan ribu per lembar.
Harganya berbeda-beda, misalnya hiasan dinding selebar 3x3 meter Rp 800 ribu, 3x1 1/4 meter Rp 400 ribu, baju nanang galuh dewasa Rp 800 ribu, busana nanang galuh cilik Rp 600 ribu, dan sebagainya.
Sulaman arguci. (Banjarmasin Post/Yayu)
Menurutnya, arguci di masa lalu sering digunakan para raja Kerajaan Banjar sebagai simbol kemewahan kaum bangsawan.
Sulaman arguci dulu kerap ada di baju kebesaran raja-raja Banjar.
Hiasan dindingnya juga berupa sulaman arguci yang kerap menghiasi dinding-dinding istana.
Di masa lalu, arguci juga sering dipakai untuk menghiasi ranjang pengantin Banjar.
Di pelaminan pengantin pun sering dipakai hingga sekarang sehingga menjadikannya sebuah ciri khas tersendiri dalam dekorasi pelaminan tradisional Banjar.
"Dulu, raja-raja Banjar sering memakai baju kebesaran mereka, sulamannya ya pakai arguci. Bajunya sepasang dengan ratunya. Dulu, hanya sering dipakai oleh para bangsawan," tutur warga Desa Kampung Melayu Tengah, Kabupaten Banjar ini.
Motif-motifnya pun beragam dan ada pakemnya, khususnya yang tradisional Banjar seperti kanas atau nenas dan tanaman batang garing.
Anehnya, di balik kemewahan sulaman arguci untuk para raja Kerajaan Banjar di masa lalu, terselip sebuah kisah mistis.
Konon, jika seorang raja Banjar tak memakai busana kebesaran berhias arguci dia akan kesurupan.
"Biasanya kainnya kuning yang memang sudah menjadi ciri khas orang Banjar. Entah benar atau tidak, namun begitulah mitosnya. Kalau mereka nggak pakai baju arguci, bisa kesurupan," terangnya.
Kerajinan arguci juga kerap dijumpai di hiasan-hiasan dinding sekarang ini.