Wisata Alam Sumatera Utara: Pemandian Sungai Batu Mandi, Airnya Jernih dan Tidak Dalam
Batu Mandi memang sering kali dikunjungi wisatawan yang tidak suka keramaian, karena sungainya berada paling atas dari aliran sungai Bahorok.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM, BAHOROK - Pemandian Sungai Batu Mandi, Bukit Lawang, Bahorok, Sumatera Utara, memiliki keunikan pada batu yang berhamparan di pinggir hingga tengah sungai.
Keunikannya ini yang membuat daerah tersebut dinamakan Batu Mandi.
Batu Mandi memang sering kali dikunjungi wisatawan yang tidak suka keramaian, karena sungainya berada paling atas dari aliran sungai Bahorok.
Pemandian Batu Mandi. (Tribun Medan/Silfa)
Wisatawan yang mandi di sana biasanya juga sudah memilih penginapan di sekitar sungai Batu Mandi yang juga tidak terlalu ramai seperti di Bukit Lawang.
Pemandian Batu Mandi memiliki area santai dan beberapa penginapan di sekitarnya.
Area santai terbuat dari batu semen dengan payung semen pula sebagai peneduhnya.
Wisatawan bisa bersantai dan menikmati bekal di sana.
Tapi, karena cukup sepi, tidak ada pedagang atau ruko yang menawarkan aneka makanan atau pakaian seperti yang berada di sungai Bahorok.
Wisatawan direkomendasikan membawa bekal sendiri atau membelinya di sekitar objek wisata Bukit Lawang.
Irin, pengunjung, menuturkan, Batu Mandi memang tidak sejernih dan sehijau Sungai Landak, tapi airnya cukup bersih dan tidak ada sampah sekitarnya.
Sungainya juga unik karena banyak batu dan airnya tidak terlalu dalam.
"Tapi karena berada di area yang sedikit terbuka, di cuaca panas seperti siang hari membuat wisatawan malas mandi. Sorean mungkin baru enak mandi-mandi," jelasnya.
Untuk masuk ke pemandian, wisatawan tidak dipungut biaya.
Hanya uang parkir Rp 5 ribu untuk sepeda motor dan Rp 10 untuk mobil dan masuk melewati post atau palang Bukit Lawang Rp 5 ribu perorang.
Hendrik, polisi hutan TNGL, menuturkan sebenarnya retribusi melewati post atau palang itu tidak resmi karena tidak ada struknya.
Tapi sering kali ada muda-mudi dari pendatang yang mencari peruntungan di Bukit Lawang dengan menjadi penjaga post.
"Kalau muda-mudi penduduk sini ya pasti jadi pemandu atau guide untuk turis bukan minta-minta di jalan. Tapi sering kali wisatawan membayarnya karena tidak mau ribut. Kita juga sudah sering kali menegur, kadang jera, tapi tiba-tiba ada lagi," katanya.