Singgah di Desa Penuntungan, Aceh, Nikmati Makan Salak Pondoh Langsung dari Kebun
Jika sekali waktu anda berkunjung ke Kota Subulussalam, singgahlah ke Desa Penuntungan, Kecamatan Penanggalan. Ini alasannya!
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Khalidin/ Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Jika sekali waktu anda berkunjung ke Kota Subulussalam, singgahlah ke Desa Penuntungan, Kecamatan Penanggalan.
Anda akan disuguhi oleh-oleh salak pondoh dengan suguhan berbeda.
Salak pondoh. (Serambi Indonesia/Khalidin)
Ya, Anda bersama keluarga akan diajak memetik buahnya langsung dari pohon sambil menikmati hawa kebun yang sejuk.
Terletak sekitar lima kilometer dari pusat Kota Subulusssalam, Desa Penuntungan, Kecamatan Penanggalan dikenal sebagai salah satu sentral budidaya salak pondoh.
Di desa ini warga menjadikan halaman rumahnya sebagai kebun salak.
Bahkan di beberapa lokasi tertentu, hampir seluruh halaman rumah penduduk ditanami pohon salak dan hanya menyisakan sedikit jalan untuk akses ke dalam.
Hawa sejuk dengan suasana pedesaan yang kentara begitu terasa saat Tribun Travel menyambangi desa tersebut.
Jalan menuju ke desa ini juga terbilang mulus berlapis aspal.
Salak pondoh. (Serambi Indonesia/Khalidin)
Keberadaan salak pondoh di Desa Penuntungan semakin menarik perhatian pengunjung karena menyuguhkan sesasi berbeda dan tentu saja pengalaman berkesan.
Berkunjung ke desa wisata ini pengunjung dapat memetik buah salak beraroma khas dan manis ini langsung dari pohonnya.
“Aroma dan rasa khas salak pondoh Subulussalam membuat buah ini sangat disukai. Harganya pun lebih mahal hingga dua kali lipat dari salak biasa,” kata Zainuddin, seorang pemilik kebun.
Ia menceritakan mulai menanam salak pondoh pada 2000 lalu.
Tiga tahun kemudian salak mulai berbuah dan siap dipanen.
Hanya saja salak pondoh asal Subulussalam dijual lebih mahal dari salak biasa yang dijual pengecer seharga Rp 8 ribu - Rp 11 ribu per Kg.
Sedangkan salak pondoh harganya mencapai Rp 15 ribu - Rp 17 ribu per Kg.
Namun apabila langsung ke kebun, harganya lebih murah antara Rp 10 ribu - Rp 11 ribu per Kg.
Menariknya lagi, jika datang dan membeli langsung ke kebun, pengunjung mendapat pengalaman yang lebih asyik yakni menikmati panorama alam.
Selain itu, pengunjung juga bisa menikmati buah salak sambil ditemani gemercik air terjun dan merasakan segarnya air di kolam pemandian.
Menurut Zainuddin untuk pohon salak hasil cangkok yang baik bisa berbuah di usia dua tahun, dan akan terus berbuah sepanjang bulan.
Menurutnya, meskipun buah dengan kulit bersisik ini tidak mengenal musim, namun ada masa puncaknya.
Masa puncak buah salak pondoh antara April - Mei atau bahkan Juni.
“Kalau pas buah puncak, itu lebih banyak bisa dua kali lipat lagi panennya,” katanya.
Zainuddin memiliki seperempat hektare lebih tanaman salak pondoh.
Ia dapat memanen salak ponoh sekira satu kwintal atau 100 Kg.
Bila sedang musim bisa lebih.
Perawatan salak pondoh tidaklah sulit.
Hanya saja butuh ketekunan dan kesabaran untuk merawat dan membersihkannya, termasuk menjaga pelepah jangan sampai rimbun atau tidak lebih dari sepuluh pelepah.
Sebab jika dibiarkan akan menghambat produksi buah.
Ide mengembangkan salak pondoh bermula dari besannya yakni Almarhum Pak Mahzum belasan tahun lalu.
Bibit salak pondoh itu dibawa dari Pulau Jawa dan kemudian dikembangkan di Subulussalam, dan ternyata berhasil.
Pada umumnya, pemilik kebun salak pondoh di kawasan itu adalah keluarga Almarhum Pak Mahjum.
“Sebenarnya banyak yang mau mengembangkan salak pondoh ini, tapi sebagian kesulitan mendapatkan bibit karena harus beli dari Yogyakarta, padahal bisa juga dicangkok “ ujar Zainuddin seraya menambahkan selain menjual buah, keluarganya juga menyediakan bibit salak pondoh cangkok untuk ditanam.
Jadi kini anda tak harus ke daerah asalnya di Yogyakarta untuk bisa menikmati salak pondoh.