Gara-gara Panen Menurun, Festival Durian Diganti Festival Makanan Tradisional
Pemerintah Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan menggelar festival makanan tradisional sompil pada 24 April.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, GUNUNG KIDUL - Pemerintah Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan menggelar festival makanan tradisional sompil pada 24 April.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan makanan tradisional masyarakat setempat.
Para wisatawan menaiki anak tangga menuju Embung Nglanggeran yang berlokasi di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunung Kidul, Yogyakarta, Minggu (23/8/2015). Wisatawan harus menaiki anak tangga selama hampir 10 waktu ntuk dapat mencapai Embung Nglanggeran. (Kompas.com/Wahyu Adityo)
Camat Patuk Haryo Ambar Suwardi di Gunung Kidul, Rabu (13/4/2016), mengatakan festival durian sudah dilakukan sejak 2013 tidak bisa digelar tahun ini karena produksi durian petani tahun ini menurun derastis.
"Biasanya festival durian dilakukan di Dusun Ngasemayu, Salam, Patuk. Tahun ini, panen jauh menurun, jadi tidak bisa menyelenggarakan festival durian. Sebagai gantinya, kami menyelenggarakan festival makananan tradisional," kata Haryo.
Haryo mengatakan festival durian akan diganti dengan makanan tradisional Patuk yakni sompil.
Festival sompil akan dilakukan pada 24 April di Desa Ngasemayu.
Sompil berjumlah 1001 buah ini akan diolah masyarakat Desa Ngasemayu, dan sayur yang disajikan bahannya juga lokal.
"Kami ingin memperkenalkan makanan tradisional Patuk, agar semakin dikenal masyarakat luas," katanya.
Dengan membayar Rp 5.000, wisatawan akan diberikan seporsi sompil dicampur kuah sayuran.
Nantinya juga ada kesenian tradisional masyarakat setempat untuk memeriahkan acara.
Sompil merupakan makanan tradisional sejenis lontong yang disajikan dengan lauk sayur berkuah.
"Harapannya untuk menarik wisatawan di Patuk, sekaligus memperkenalkan destinasi wisata di sini, seperti Gunung Api Purba Nglanggeran, Kampung Emas Plumbungan, dan masih banyak yang lainnya," ucapnya.
Sementara itu, Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan (Disbudpar) Gunung Kidul mengapresiasi sejumlah upaya desa untuk menarik wisatawan.
Namun demikian perlu adanya penguatan sumber daya manusia.