Menyusuri Sungai Mendo, Bangka, Selama 2 Jam, Ini yang Ditemui Rombongan Ekspedisi
Sesampainya di dermaga Desa Mendo, atraksi tarian Tari Kedidi yang dipersembahkan warga Desa Mendo langsung menyambut kedatangan rombongan.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Bangka Pos, Iwan Satriawan
TRIBUNNEWS.COM, BANGKA -Rumah adat Melayu Bangka milik Datuk Emron Pangkapi di Jalan Balai Pangkalpinang pada Sabtu pagi (16/4/2016) sudah dipadati puluhan peserta ekpedisi Susur Sungai Mendo dan Prasasti kota Kapur.
Mereka sudah bersiap berangkat menuju Desa Mendo Kecamatan Mendobarat Kabupaten Bangka.
Di antara para peserta terdapat 12 orang wisatawan yang datang khusus dari Jakarta dan sejumlah tokoh masyarakat Bangka yang tergabung dalam komunitas Peduli Kampung (PEKA).
Sungai Mendo. (Bangka Pos/Iwan Satriawan)
Termasuk tokoh lainnya seperti mantan Bupati Bangka Yusroni Yazid dan Direktur PT Timah M Risky ini selanjutnya bersama-sama menempuh satu jam perjalanan dari Pangkalpinang ke Desa Mendo.
Sesampainya di dermaga Desa Mendo, atraksi tarian Tari Kedidi yang dipersembahkan warga Desa Mendo langsung menyambut kedatangan rombongan.
Di sini, empat buah perahu motor sudah menunggu dan selanjutnya secara beriringan rombongan memulai ekspedisi menyusuri Sungai Mendo hingga muara sungai yang terletak di Desa Kota Kapur.
"Subhanallah indahnya," seru Doni salah satu peserta ekspedisi mengungkapkan kekagumannya melihat vegetasi tanaman Rasau yang ada di sepanjang perjalanan dari Dermaga Mendo menuju Sungai Mendo.
Vegetasi tanaman Rasau atau sejenis Pandan Air ini memenuhi kiri kanan jalur pelayaran menuju Sungai Mendo hingga satu jam perjalanan.
Memasuki Sungai Mendo, vegetasi tanaman yang ada dikiri kanan jalur pelayaran berupa pohon Nipah yang berbaris rapat lengkap dengan buahnya yang menjuntai.
Menyusuri Sungai Mendo. (Bangka Pos/Iwan Satriawan)
Selanjutnya vegetasi tanaman berubah menjadi hamparan tanaman bakau berukuran raksasa berusia puluhan tahun di kiri kanan sungai.
Di sepanjang perjalanan sesekali dijumpai aktifitas penduduk setempat memancing Udang Galah dan menjaring ikan.
Burung-burung air yang sesekali melintas dan nyanyian khas burung hutan menjadi sensasi tersendiri di sepanjang perjalanan.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam lebih dari Dermaga Desa Mendo, rombongan akhirnya tiba di dermaga Desa Kota Kapur.
Disini rombongan langsung disambut kepala desa setempat bersama warganya lalu diajak melihat langsung situs prasejarah kerajaan Sriwijaya yaitu Situs Kota Kapur.
Rombongan juga dijamu dengan sajian hasil tangkapan warga setempat berupa udang galah yang gemuk-gemuk dan lempah kuning lele sungai plus minuman Legen (sari pohon aren).
Penutup ekspedisi, rombongan selanjutnya menyusuri muara sungai Mendo, sayang lantaran terkendala air yang sedang surut, rencana mendatangi dua pulau nan indah di muara sungai Mendo yaitu Pulau Antu dan Pulau Medang tak bisa dilakukan.
"Air pasang pukul 20.00 WIB. Jika dipaksa ke pulau Medang dan pulau Antu kapalnya tidak bisa mendarat kesana," ungkap warga Kota Kapur.
Penggagas ekspedisi Sungai Mendo dan Prasasti Kota Kapur Datuk Emron Pangkapi mengungkapkan ekspedisi mengarungi sungai Mendo bukan sekedar mengarungi sungai tetapi yang tak kalah pentingnya membangun kebersamaan dari seluruh strata masyarakat.
"Perjalanan kita ini untuk ekspedisi khusus Arung Sungai Menduk atau arung sungai Rasau Nipah Bakau. Rute ini hari ini kita launching sebagai rute wisata dan ada 12 wisatawan dari Jakarta," ungkap Emron yang juga merupakan petinggi DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini.
Menurutnya provinsi Babel selama ini terkenal dengan wisata bahari dan laut, namun belum mampu menahan turis menginap lebih semalam.
Untuk itu perlu adanya diversitifikasi wisata yang ada di Babel dan salah satunya wisata arung sungai.
"Hari ini kita masuk sejarah sebagai orang Babel pertama yang merintis wisata arung sungai. Kita yakin ini akan menjadi wisata andalan Babel. Tentu kita membuka pintu kesejahtaraan bagi masyarakat Babel, anak cucu kita hingga seratus tahun kedepan," harap Emron.
Sementara ketua HNSI Babel Johan Murod mengungkapkan untuk Sungai Mendo, selain kental dengan sejarah sungai tersebut memiliki tiga vegetasi yang masih alami seperti tanaman Rasau, Bakau dan nipah.
" Di Bintan yang hanya punya satu vegetasi bakau didatangi ribuan wisatawan setiap tahun. Sementara kita punya tiga vegetasi alami plus wisata sejarah prasasti kota kapur," jelas Johan.
Menurutnya sebagai nilai tambah untuk wisata susur sungai Mendo, masyarakat setempat perlu dibina agar bisa mengembangkan potensi tanaman Rasau menjadi cindera mata.
"Jadi ada nilai tambahnya berupa cindera mata khas dari tanaman ini," imbuh Johan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.