Selaju Sampan, Balap Sampan khas Pesisir Minangkabau yang Unik, Sayang Kini Mulai Langka
Sejak dahulu, cara masyarakat Pesisir Selatan bersilaturahmi salah satunya dengan perlombaan selaju sampan.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, PADANG - Salah satu budaya Pesisir Minangkabau terutama di kabupaten Pesisir Selatan ialah selaju sampan, atau dalam Bahasa Indonesia ialah balap dayung sampan.
Sejak dahulu, cara masyarakat Pesisir Selatan bersilaturahmi salah satunya dengan perlombaan selaju sampan.
Umumnya lomba ini diselenggarakan di berbagai pantai di Pesisir Selatan, salah satunya di Pantai Carocok Painan.
Masyarakat Minang pesisir biasanya mengadakannya pada saat perayaan hari besar, upacara adat, lebaran, dan hari jadi Republik Indonesia, 17 Agustus.
Kepala Bidang Kepariwisataan, Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif Pemuda dan Olahraga Pesisir Selatan, Armaini mengatakan, kini budaya tersebut sudah mulai terkikis.
"Budaya tersebut sudah jarang lagi dilakukan tiap perayaan, oleh karena itu kita fasilitasi salah satunya setiap hari jadi Pesisir Selatan," ujar Armaini saat berkunjung ke Mandeh, Minggu (17/4/2016).
Pada Festival Langkisau 2016 dalam rangka hari jadi kabupaten Pesisir Selatan diadakan lomba selaju sampan.
Mengikutsertakan Atlet provinsi hingga nasional, juga masyarakat pesisir umumnya.
Ada 33 kelompok pedayang dari tiap daerah di Sumatera Barat.
Pada lomba yang lalu, ajang ini digelar pada 14 hingga 17 April 2016, total pertandingan sebanyak 64 kali.
Tata caranya berbeda dengan balap sampan di Padang yang menggunakan sampan naga dan genderang.
Di Pesisir Selatan, selaju sampan juga dilakukan berdasarkan kebudayaan masyarakatnya.
Sampan tradisional terbuat dari kayu. Ada 12 orang mendayung dalam satu sampan.