Jelajah Pesona Bawean Dari Surabaya Lebih Asyik dan Flesikbel Dengan Kapal Ferry
Inilah catatan perjalanan seorang traveler bernama Fifin Maidarina menjelajah Pulau Bawean dari Surabaya dengan kapal ferry.
Editor: Agung Budi Santoso
Wah, istimewa, laut, bukit dan sawah, semua ternyata ada di pulau ini. Tidak ada kesan gersang sama sekali. Dan ketika mulai masuk ke pemukiman penduduk, kami menjadi tontonan, seperti layaknya turis asing yang datang berkunjung ke pulau.
Hal ini wajar, bukan hanya karena ransel-ransel besar yang mendampingi kita, namun wajah asing di pulau kecil ini langsung saja menjadi perhatian buat mereka.
Lebih kurang satu jam cuci mata, tibalah di rumah pak Lurah. Pak Umar begitu ramah nmenyambut kami dan tanpa basa-basi panjang langsung mengajak sarapan dengan menu serba ikan laut. Ikan segar hasil tangkapan dari lahan belakang dimasak tadi pagi oleh bu Lurah, khusus untuk menjamu kami. Kata pak Lurah, beginilah sarapan di pulau Bawean ini, tidak ada makanan ringan, yang ada ya nasi dan ikan. Istimewa.
Danau Kastoba
Dari rumah pak Lurah, mas O’eng mengantar kami bertiga dengan dua motor menuju ke danau Kastoba. Tidak jauh sebenarnya, karena masih berada dalam satu kecamatan dengan rumah pak Lurah, yaitu di kecamatan Tambak, namun jalan berliku, tanjakan dan turunan menyertai kami sepanjang perjalanan.
Namun, hal yang menarik di Bawean ini adalah, semua jalan utama dan jalan kampungnya, rapi beraspal.
Jalur terakhir menuju danau adalah masuk ke area perkampungan, jalanan nanjak curam, dengan medan berbatu penuh lumut, sehingga motor teman sempat tergelincir karena saking licinnya. Jebakan selamat datang rupanya, jadi kalau bawa motor, mending di parkir di bawah saja.
Selepas parkir motor, kami jalan naik melewati semak belukar dan tangga berbatu yang juga cukup licin karena lumut. Berhati-hati dan konsentrasi, itu kuncinya. Tidak sampai 30 menit, akhirnya danau sudah menyambut di depan mata.
Air hijau tenang dikelilingi pohon hijau lebat, menjadi pemandangan utama. Di salah satu sisi, tampak pengunjung yang kemping dan mancing ikan di danau. Ah, sayangnya, di sekitaran tanah datar tempat rest area tersebut, danaunya dipenuhi dengan sampai plastik bekas konsumsi pengunjung.
Danau ini sudah ditetapkan sebagai daerah konservasi, untuk itu pengunjung baiknya turut menjaga kebersihan lingkungan, dengan tidak membuang sampah atau membawa turun kembali sampah sisa konsumsi, agar keasriannya tetap terjaga. Sedikit berbagilah keindahan hari ini, untuk generasi penerus kita.
Setelah puas foto-foto dan menikmati keindahannya, kamipun turun lagi. Melewati jalanan yang sama, dan terasa semakin susah turunnya, karena sangatlah licin, sampai saya sempat terpeleset. Sebaiknya memang menggunakan alas kaki yang menyatu dengan alam, hehehehe…
Air Terjun Laccar
Lanjut lagi, destinasi berikutnya adalah air terjun Laccar. Secara posisi, air terjun ini cenderung berada di selatan pulau, yaitu di kecamatan Sangkapura, sehingga perjalanan motor masih cukup lumayan jauh, membelah pulau Bawean lewat sisi tengah.
Namun hal itu tak terasa, karena pemandangan kiri kanan berupa sawah hijau segar, adapun yang menguning, sedang dipanen. Sehingga melihat akltivitas bapak ibu petani yang sibuk menyiangi hasil panennya. Pengalaman menarik tersendiri di sini.