Mampir ke Kampung Pathuk, Melihat Sentra Produksi Bakpia Legendaris dari Yogyakarta
Di daerah ini berderet toko atau gerai yang menjual bakpia sebagai oleh-oleh bagi wisatawan.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - "Kita ke Pathuk yuk, istriku minta di-bawain oleh-oleh bakpia nih,” kata Arya, ketika kami bertemu di Jalan Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (31/3/2016).
Kami satu almamater saat kuliah tahun 1980-1985 di ”Kota Pelajar” itu.
Proses pembuatan bakpia pathuk. (Kompas Images)
Agaknya juga rekan yang menetap di Palembang, Sumsel, ini penasaran karena katanya bakpia Pathuk sekarang punya varian rasa, makanya saya pun ingin mencicipi.
Bakpia–selain gudeg—adalah kue khas Yogyakarta yang menjadi salah satu buah tangan bagi tamu atau wisatawan domestik dan mancanegara kawasan Asean.
Penganan itu umumnya diproduksi di Kampung Pathuk, Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, DIY.
Karena dibuat warga Kampung Pathuk di Jalan KS Tubun sehingga kampung itu melekat pada produk kue tersebut.
Di jalan itu berderet toko atau gerai yang menjual bakpia sebagai oleh-oleh bagi wisatawan.
Kondisi itu semakin menguatkan kesan bahwa bakpia dengan berbagai merek dagang menjadi industri rumah tangga.
Di kampung itu, pembuatan bakpia tersebar di RW 004, 005, 007 dan RW 008.
Malah apabila ingin mengetahui si pembuat bakpia, bisa dilihat dari kemasan kotak kertas dilengkapi angka 8, 21, 25, 51, 54, 75, dan 51, yang merujuk nomor rumah produsen bakpia.
Penganan itu berbahan dominan tepung terigu, sedikit garam, mentega, dan minyak kelapa.
Bahan-bahan itu diadon setelah diberi air yang sudah direbus.
Setelah adonan menjadi elastis lalu digilas dan dibentuk menjadi bola-bola agak gepeng.