Kompleks Makam Astana Oetara dan Cerita Keajaibannya Saat Penyerbuan Tentara Belanda
Di tempat ini, dimakamkan Adipati Pura Mangkunegaran, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro VI, keluarga dan abdi dalemnya.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Labib Zamani
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Astana Oetara di Kampung Nayu, Kelurahan Nusukan, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, ini merupakan makam bersejarah.
Komplek makam Astana Oetara. (Tribunsolo.com/Labib Zamani)
Di tempat ini, dimakamkan Adipati Pura Mangkunegaran, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro VI, keluarga dan abdi dalemnya.
Terletak di Kota Solo sebelah utara, di Makam Astana Oetara terdapat patung separuh badan Mangkunegoro VI.
Patung tersebut dilengkapi tulisan tentang sosok Mangkunegoro VI.
Antara lain, tertulis nama kecil KGPAA Mangkunegoro VI hingga turun tahta sebagai Adipati Arya Mangkunegoro dan meninggalkan Pura Mangkunegaran untuk hijrah ke Surabaya, Jatim.
Menurut Juru Kunci Makam Astana Oetara, RM Haryanto, Mangkunegoro VI merupakan sosok pemimpin yang rendah hati.
Nama kecil Mangkunegoro VI adalah Gusti Raden Mas (GRM) Suyitno.
Pada usia 17 tahun, Gusti RM Suyitno mendapat gelar Kanjeng Pangeran Aryo Dhayaningrat.
Kompleks makam Astana Oetara. (Tribunsolo.com/Labib Zamani)
Kemudian, tahun 1896 naik tahta menjadi KGPAA Mangkunegoro VI.
"KGPAA Mangkunegoro VI menjadi raja karena mengisi kekosongan karena putra Mahkota Mangkunegoro V masih kecil," kata RM Haryanto kepada TribunSolo.com, Kamis (14/4/2016).
Setelah usianya cukup, kata Haryanto, Mangkunegoro VI atas kehendak sendiri turun tahta digantikan putra mahkota Mangkunegoro V.
Sampai akhirnya dia hijrah ke Surabaya, Jatim, bersama keluarga dan abdi dalemnya.
"(Sebelum) Gusti Mangkunegoro VI meninggal, minta di makamkan di sini beserta keluarga dan abdi dalemnya," kata RM Haryanto.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.