Laporan Wartawan TribunSolo.com, Eka Fitriani

TRIBUNNEWS.COM, SOLO – Selain menjadi tempat tujuan wisata, Pasar Klewer juga merupakan simbol Kota Solo yang telah berdiri sejak jaman pendudukan Jepang.

Suasana Pasar Klewer, Solo. (Tribunsolo/Eka Fitriani)

Sejarah Pasar Klewer dimulai dari jaman pendudukan Jepang, dulunya pasar Klewer merupakan pemberhentian kereta api yang digunakan penduduk setempat untuk berdagang.

Dulu, pasar itu bernama Pasar Slompretan yang diambil dari bahasa jawa “Slompret” yang artinya Terompet.

Disebut pasar Slompret karena dekat dengan pemberhentian kereta api.

Ketika kereta api mau berangkat membunyikan klakson yang mirip suara terompet.

Pasar Slompretan dulunya tempat pedagang-pedagang kecil yang menjajakan kain batik dengan cara menaruh dagangannya di pundak pedagangnya.

Pasar Klewer Solo. (Tribun Jateng)

Karena barang dagangannya nampak Kleweran (bahasa jawa untuk menjuntai tidak beraturan) sehingga pasar tersebut dinamakan pasar Klewer.

Banyaknya pedagang dan peminat yang datang, maka pemerintah Kota Solo membuatkan pasar dan diberi nama Pasar Klewer,

Berkembangnya pasar Klewer dimulai tahun 1942 sampai dengan tahun 1945 dan semakin pesat hingga tahun 1968.

Kemudian tanggal 9 Juni 1970 pasar Klewer mulai dibangun permanen bertingkat 2 lantai.

Pasar Klewer diresmikan oleh Presiden Soeharto pada masa pemerintahannya, Presiden Republik Indonesia pada tahun 1971.

Pada awalnya, pasar Klewer bertempat di Jl Dr Radjiman namun karena peristiwa kebakaran yang terjadi pada tanggal 27 Desember 2014 maka pasar Klewer dipindah sementara di Alun-Alun Utara Kota Solo yaitu di Jl Pakubuwono

Pasar Klewer Sementara sudah mulai beroperasi sejak 16 Juni 2015 yang lalu.