Kuah Beulangong, Kari Khas Aceh yang Legendaris
Dari ujung barat Indonesia, Aceh mempersembahkan rupa-rupa kuliner yang dikenal kaya rempah.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, ACEH – Tak lengkap rasanya bertandang ke suatu daerah tanpa mencicipi kuliner khas setempat.
Dari ujung barat Indonesia, Aceh mempersembahkan rupa-rupa kuliner yang dikenal kaya rempah.
Terletak di pintu gerbang Selat Malaka membuat kuliner Aceh kental pengaruh Arab, Cina, Eropa, dan Hindia.
Salah satunya adalah kuah beulangong.
Kari yang dimasak tanpa santan itu menjadi makanan khas yang melegenda.
Menjadi bagian sajian hari besar seperti peringatan Maulid Nabi dan meugang (makan besar menjelang puasa dan lebaran).
Hari itu Rabu, (11/5/2016) 20 kuali berukuran besar digelar di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh.
Sedari pukul 13.00 WIB warga tumpah ruah guna menyantap hidangan yang dibagikan secara cuma-cuma tersebut.
Antrian mengular hingga jelang petang.
Kuah kari khas Aceh itu dimasak oleh tangan seorang koki dari Kabupaten Aceh Besar.
Kari khas Aceh. (Serambi Indonesia/M Anshar)
Pengunjung bisa menyaksikan langsung kepiawaian koki dalam meracik bumbu dan memasaknya dengan daging kambing di atas tungku api.
Semerbak aroma rempah mengawang menggugah selera makan.
Acara santap kari itu terasa lengkap dengan seporsi nasi putih dan segelas air timun keruk.
“Bisa menikmati kuliner legendaris, mungkin di Aceh itu sendiri sudah langka. Di Indonesia kita bisa merasakan kekayaan rempah-rempah sebagai kearifan lokal. Kuah beulangong hanya soal waktu akan diterima dan dikenal luas seperti rendang,” ujar Kim, Travel Writer yang diudang khusus ke Aceh Culinary Festival 2016.
Editor yang juga bekerja untuk Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI itu menjabarkan, di dunia kawasan yang paling banyak rempah-rempah yaitu Asia khususnya Indonesia dan Cina.
Secara geografis di Indonesia, Aceh merupakan gambaran akulturasi budaya yang paling lengkap yang merupakan perpaduan Arab, Eropa, Cina, India yang menyatu dengan kearifan lokal.
Seperti terdapat pada sajian kulinernya.
“Tujuannya untuk mempromosikan kuliner khas sebagai daya tarik wisata. Berdasarkan penelitian setiap turis menghabiskan 30 persen uangnya untuk kuliner. Jadi kita harus membenahi sektor kuliner kita. Terbukti setiap turis ke Aceh mencari kopi dan mi Aceh,” timpal Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Aceh, Reza Fahlevi.
Ini merupakan even kuliner ke-3 yang dihelat Disbudpar Aceh.
Diselenggarakan dalam rangka memeriahkan HUT Banda Aceh ke-811.
Mengusung tema ‘Melestarikan Budaya dan Tradisi Legenda Kuliner Aceh’, Disbudpar komit menyelenggarakan festival kuliner setiap tahunnya.
Dengan memperkuat branding melalui label halal yang melekat dan menjadi ruh ‘Bumi Serambi Mekkah’.