Melawat ke Astana Giribangun, Banyak Pejabat Tinggi yang Ziarahi Makam Mantan Presiden Soeharto
Astana Giribanguna nan megah ini dibangun di atas sebuah bukit, tepat di bawah Astana Mangadeg, kompleks pemakaman para penguasa Pura Mangkunegaran.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Junianto Setyadi
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR – Hari sudah sore tetapi Astana Giribangun di Karanganyar, Jateng, masih ramai oleh kehadiran beberapa peziarah, Kamis (12/5/2016).
Tampak, antara lain, beberapa mobil berpelat nomor merah dari Kota Semarang, Ibu Kota Provinsi Jateng.
Pintu masuk ke Cungkup Argosari. (Tribunsolo.com/Junianto Setyadi)
Juga, dua mobil polisi pengawal, satu dari Polda Jateng dan satunya dari Polres Karanganyar.
Setelah TribunSolo.com mengobrol dengan beberapa orang diketahui bahwa mereka adalah bagian dari rombongan Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Jateng, Sulijati yang berziarah ke makam mantan Presiden Soeharto dan istri, Ibu Tien Soeharto.
Benar, Astana Giribangun adalah kompleks makam keluarga Soeharto.
Selama di kompleks makam, Sulijati ditemui dan diantar oleh Juru Kunci Astana Giribangun, Sukirno.
Astana Giribanguna nan megah ini dibangun di atas sebuah bukit, tepat di bawah Astana Mangadeg, kompleks pemakaman para penguasa Pura Mangkunegaran.
Menurut Wikipedia, Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl, sedangkan Giribangun pada 660 meter dpl.
Rombongan dari Nganjuk. (Tribunsolo.com/Junianto Setyadi)
Di Astana Mangadeg dimakamkan Raja Mangkunegaran, Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, MN II, dan MN III.
Sedangkan di Astana Giribangun dimakamkan, antara lain, Soeharto dan Ibu Tien, pasangan Soemarharjomo (ayah dan ibu Tien Soehartono), serta Siti Hartini Oudang (kakak tertua Ibu Tien).
Kompleks makam keluarga mantan orang nomor satu di Indonesia ini terletak di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar.
Dari Solo berjarak sekitar 35 km ke arah timur, searah dengan lokasi objek wisata Tawangmangu.
Astana Giri Bangun dibangun pada 1974 oleh Yayasan Mangadeg Surakarta, dan diresmikan penggunaannya tahun 1976.