Gedung Perundingan Linggarjati, Saksi Bisu Sejarah Indonesia yang Mulai Terlupakan
Bangunan yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan ini adalah saksi dari salah satu sejarah paling penting dalam perjalan bangsa Indonesia.
Editor: Malvyandie Haryadi
Foto-foto dan poster berkaitan dengan peristiwa perundingan ini menghiasi dinding bangunan.
Untuk memberikan gambaran bagaimana perundingan berlangsung terdapat diorama yang berada di pojokan ruang tengah.
Gedung ini memiliki taman berukuran cukup luas.
Sejumlah pohon berukuran besar tumbuh subur disana.
Area taman yang sejuk sangat pas sebagai tempat bersantai para wisatawan.
Sejarah panjang mengiringi Gedung Perundingan Linggarjati.
Pada tahun 1918 di tempat ini berdiri sebuah gubuk sederhana milik Ibu Jasitem.
Kemudian tahun 1921 seorang bangsa Belanda bernama Tersana merombaknya menjadi bangunan semi permanen.
Dan pada tahun 1930 pembangunan dilanjutkan menjadi permanen dan menjadi rumah tinggal keluarga Belanda bernama Van Os.
Selanjutnya gedung ini dijadikan hotel dan beberapa kali berganti nama. Tahun 1935 dikontrak oleh Theo Huitker dijadikan hotel dengan nama RUSTOORD.
Kemudian pada 1942 saat masa penjajahan Jepang hotel ini berganti nama menjadi Hotel Hokay Ryokan.
Dan tahun 1945 setelah kemerdekaan Indonesia, berganti nama lagi menjadi Hotel Merdeka.
Untuk masuk ke komplek bagunann ini setiap pengunjung dikenakan tarif Rp.2 ribu. "Setiap harinya tempat ini buka dari jam 07.00 pagi hingga 17.00 sore," jelas Mihad.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.