Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Merasakan Nuansa Magis dalam Tradisi Perang Ketupat di Tempilang, Bangka Belitung

Nuansa magis semakin terasa lantaran salah seorang pemuda berbaju pencak silat tiba-tiba kesurupan mahluk halus.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Merasakan Nuansa Magis dalam Tradisi Perang Ketupat di Tempilang, Bangka Belitung
Bangka Pos/Iwan Satriawan
Tradisi Perang Ketupat. 

Tokoh adat Tempilang Keman yang memimpin puncak prosesi Perang Ketupat mengatakan mulai hari ini hingga tiga kehari kedepan masyarakat setempat dilarang beraktifitas di laut.

Selain itu ada pantangan lain seperti tidak boleh besiul sekampung-kampung, berkelahi dirumah tangga, berkeubung kain sarong ditengah kampung dan menjemur kain di pagar.

Pantangan di laut diantaranya tidak boleh menangkap ikan di laut dengan cara apapun, mencuci kuali dan panci di laut, mencuci perlengkapan orang melahirkan di laut, dilarang memukul kain di dan mencuci daging ayam di laut.

"Kita minta agar mentaati pantangan ini," ujar Keman.

Prosesi Perang Ketupat selanjutnya ditutup dengan menghayutkan miniatur perahu layar di laut Tempilang.

Tradisi perang ketupat yang digelar Minggu (29/5/2016) ini sendiri merupakan puncak acara sedekah ruah di empat desa di kecamatan Tempilang.

Untuk sedekah ruwah sendiri sudah dilakukan tanggal 15 Syakban lalu.

Berita Rekomendasi

"‎Selesai perang ketupat ada hiburan selama dua hari di lapangan bola Tempilang dan besok di lokasi perang ketupat yang mendatangkan artis ibukota," ungkap Ketua RT Air lintang Muharidin.

Pada puncak acara sedekah Ruwah di Tempilang, Minggu (29/5/2016) ribuan warga dari pelosok pulau Bangka tampak terus berdatangan hingga siang hari ke Tempilang.

Kendati pihak kepolisian sudah memberlakukan jalan satu arah, kemacetan panjang tetap saja terjadi.

Sementara rumah-rumah penduduk di Tempilang tampak terbuka lebar lengkap dengan penganan khas lebaran guna menyambut tamu yang datang bertamu.

‎Kearifan Lokal Yang Harus Lestari

Bupati Bangka Barat Parhan Ali‎ dalam sambutannya mengatakan tradisi Ruwahan Tempilang yang dikenal dengan Perang Ketupat adalah warisan tradisi yang dilakukan turun temurun.

"Kita harapkan muda mudinya agar dijaga budaya ini agar tidak hilang ditelan zaman. Perang ketupat merupakan kearifan lokal yang harus kita lestarikan untuk mendukung wisata Babar. Pariwisata merupakan unggulan dalam visi dan misi Babar," papar Parhan.

Halaman
123
Sumber: Bangka Pos
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas