Masjid Kuno Tegalsari di Solo, Tetap Kokoh Meski Tak Pernah Direnovasi Sejak Tahun 1929
Bangunan masjid ini tidak pernah direnovasi sejak berdirinya masjid pada tahun 1929.
Editor: Malvyandie Haryadi
Terletak di Tegalsari yang mempunyai arti kebun yang indah.
Bangunan ini berarsitektur kerajaan Islam Jawa dengan model Walisongo dan masjid Demak.
Terdapat 4 pilar di ruangan utama masjid yang terbuat dari kayu jati.
Keseluruhan kayu di masjid ini dibuat dari kayu jadi kecuali bedug yang terbuat dari kayu pohon nangka.
Bangunan masjid ini sama dengan masjid-masjid kuno yang lain yaitu terdiri dari bagian/ruang utama, serambi kanan dan serambi kiri yang disebut pawasren (pawasren dari kata istri/wanita).
Pawastren masjid Tegalsari berada di serambi kanan, hal ini dimaksudkan bahwa pria dan wanita sama di mata Allah SWT.
“Kebanyakan masjid itu shaf jamaah perempuan itu di belakang pria, di Masjid ini tidak karena wanita dan laki-laki sama di mata Allah SWT makanya pendiri masjid ini membuat shaf wanita di sebelah kanan,” kata Sakur.
Selain itu, keunikan majid ini adalah adanya Istiwa’ atau jam matahari yang berada di sebelah kiri bangunan.
Jam matahari ini masih berfungsi hingga sekarang.(*)