Marandang, Tradisi Unik Masyarakat Minang Sambut Ramadan
Sudah menjadi kelaziman saat-saat istimewa seperti menyambut bulan Ramadhan, rendang menjadi menu wajib di meja makan warga Padang.
Editor: Malvyandie Haryadi
Fatimah terus mengaduk hingga rendang dalam kuali mulai berubah warna menjadi coklat kehitaman dan rendang yang dimasaknya matang.
Meski lelah ia senang dini hari besok sekeluarga akan menyantap sahur dengan rendang buatannya.
Menjelang Ramadhan para penjual sapi dadakan juga bermunculan di sejumlah lokasi di Padang demi memenuhi kebutuhan warga.
Anto (53) penjual daging sapi dalam dua hari terakhir memilih berjualan di Jalan Bypass Kuranji.
Biasanya ia sehari-hari berdagang di Pasar Raya Padang.
"Kalau mau puasa saya jualan di sini, warga banyak yang membeli daging jadi lebih dekat dari pemukiman," katanya.
Ia mengakui harga daging naik dibandingkan hari biasanya Rp10 ribu hingga Rp20 ribu, tapi pembeli tetap ramai.
Sementara Leni warga Batu Gadang, Lubuk Kilangan hanya membeli setengah kilo daging karena harga yang dinilai mahal.
"Yang penting ada rendang, biarlah cuma setengah kilo," ujarnya.
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit menduga naiknya harga daging disebabkan permainan oknum pedagang besar yang ingin mendapatkan keuntungan lebih jelang Ramadhan.
"Stok daging secara lokal maupun nasional tersedia. Anehnya, harga naik. Ini ada kemungkinan permainan oknum," katanya.
Menurutnya, permainan harga yang dilakukan oknum pedagang itu sangat merugikan masyarakat sehingga pemerintah bersama penegak hukum harus bertindak tegas.
"Dinas terkait telah kami perintahkan untuk melakukan pengecekan di lapangan. Kalau memang ada indikasi pedagang bermain, kita akan tindak bersama penegak hukum," tambahnya.
Tidak mau ketinggalan warga Padang lainnya Riri mengirimkan paket rendang untuk anaknya yang kuliah di Bogor.