Lemang Ketan Hitam, Kuliner Khas Ramadan yang Hanya Muncul Setahun Sekali
Sistem memasak dengan menggunakan bambu ini melahirkan makanan yang beraroma serta bercita rasa khas.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Bangka Pos, Iwan Satriawan
TRIBUNNEWS.COM, BANGKA - Selama bulan Ramadan, ada satu kuliner khas yang sudah terkenal di wilayah Sumatera yang bisa ditemui di Jalan Mesjid Jami Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung.
Kuliner khas ini adalah Lemang Ketan Hitam.
Kuliner yang hanya muncul setahun sekali di bulan ramadan tersebut sebenarnya bukan merupakan kuliner khas Pulau Bangka, namun berasal dari Minang Sumatera Barat dan masyarakat di wilayah Bengkulu.
Lemang ini dijajakan sejumlah pedagang dengan harga Rp 25.000 per potongan bambu berikut tape ketan hitam yang biasanya dimakan bersama Lemang.
Sang penjual langsung memotong bambu dan Lemang didalamnya setiap ada pembeli.
Meskipun bukan makanan asli Bangka, kuliner ini tampaknya cukup digemari masyarakat Pangkalpinang.
Lemang ini sendiri terbuat dari ketan atau biasa disebut Melayu Bangka dengan sebutan Pulut.
Ketan diolah bersama santan kelapa lalu dimasukkan dalam bambu khusus yang memiliki panjang sekitar 40an cm.
Sebelum dimasukan ke dalam bambu, ketan dialasi dengan daun pisang lalu bambunya dibakar hingga ketannya masak.
Sistem memasak dengan menggunakan bambu ini melahirkan makanan yang beraroma serta bercita rasa khas.
"Campurannya hanya santan dan garam. Kalau mau wangi bisa ditambah bawang, " ungkap ibu Agung penjual Lemang di depan Mesjid Jami Pangkalpinang.
Ibu yang berasal dari Bengkulu ini mengaku dalam satu hari bisa menjual sekitar 100 batang lemang dan selama bulan ramadan setidaknya menjual 3000 batang Lemang.
"Bambunya sekarang susah nyarinya. Ini saja bambunya didatangkan dari Kelapa," jelasnya.
Cara menyantam Lemang sendiri yaitu dengan cara mengguyur tape ketan hitam diatas potongan lemang.
"Rasanya perpaduan gurih, asam dan manis," ungkap ibu Agung.