Menpar Dengungkan Pidato Jokowi Saat Promosikan Pariwisata RI Di Shanghai
Bukan lantaran kehabisan stok kata-kata atau sedang tidak menemukan ide segar untuk mempromosikan Wonderful Indonesia.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, SHANGHAI – Bukan lantaran kehabisan stok kata-kata atau sedang tidak menemukan ide segar untuk mempromosikan Wonderful Indonesia.
Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya mendegungkan kembali pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Peringatan HUT RI ke-71 lalu, saat berbicara di depan diaspora di Shanghai, yang didominasi oleh pengusaha dan professional anggota Indonesia China Chamber of Commerce (INACHAM) di Grand Hyatt Shanghai, Jin Mao Tower, Tiongkok.
“Saya yakin banyak diantara kalian yang belum mendengarkan pidato Bapak Presiden Joko Widodo. Ini bisa jadi pengobat rindu pada Indonesia. Ini saya kutip, kata-kata beliau yang perlu disimak dan digaris bawahi,” ujar Menpar, yang berdiri di stage dengan back ground LED bertuliskan “Celebration of the 71 st Anniversary of the Republic Indonesia” itu.
Inilah kata-kata yang dikutip kembali untuk meremind bagi yang sudah mendengar, atau meng-amplifier bagi mereka yang belum menyimak.
“Sekarang kita berada pada era persaingan global. Kompetisi antarnegara luar biasa kerasnya, luar biasa sengitnya. Untuk memenangkan kompetisi, untuk menjadi bangsa pemenang, kita harus berani keluar dari zona nyaman."
"Kita harus kreatif, optimis, bahu-membahu, dan melakukan terobosan-terobosan. Semua itu demi mempercepat pembangunan nasional, dem meningkatkan daya saing kita sebagai bangsa.
Tanpa keberanian kita keluar dari zona nyaman, kita terus dihadang oleh tiga masalah utama bangsa, yaitu kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial," demikian dia mengutip Pidato Presiden Jokowi, seperti dikutip dari laman Facebook Kementerian Pariwisata, Sabtu (27/8/2016).
Kemudian ia melanjutkan mengutip pidato Presiden Jokowi. "Diperlukan langkah-langkah terobosan, diperlukan kecepatan kerja, diperlukan lembaga-lembaga negara yang kuat dan efektif untuk mengatasi tiga masalah utama bangsa tersebut."
Tahun 2016 ini telah ditetapkan sebagai Tahun Percepatan Pembangunan Nasional. Kita harus melangkah menuju Indonesia maju.
Percepatan pembangunan tersebut mutlak kita perlukan. Sudah 71 tahun Indonesia merdeka, kita belum mampu memutus rantai kemiskinan, memutus rantai pengangguran, dan memutus rantai kesenjangan sosial.
"Pada tahun percepatan pembangunan ini, Pemerintah fokus pada tiga langkah terobosan untuk pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial. Ketiga langkah itu adalah: Pertama, Percepatan pembangunan infrastruktur. Kedua, penyiapan kapasitas produktif dan Sumber Daya Manusia. Ketiga, deregulasi dan debirokratisasi.” Itulah kata-kata penting Presiden Jokowi.
Tiga hal penting dari pernyataan Presiden Jokowi yang diteruskan ke para pengusaha dan professional di Shanghai itu.
“Kita masih sulit memutus rantai kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan sosial. Lalu yang akan digenjot adalah infrastruktur, kapasitas produksi dan SDM, serta deregulasi-debirokratisasi. Itulah yang bisa kita perankan semua, melalui sektor Pariwisata,” kata Arief Yahya mengajak para kolega untuk investasi di bidang pariwisata saat ini.
Mengapa harus Pariwisata? Demikian Menpar bertanya.
Pariwisata adalah jalan baru, paling cepat dan paling mudah untuk memutus rantai kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan yang selama 71 tahun kita hadapi. Tahun 2019, Pariwisata diproyeksikan menyumbangkan PDB sebesar 15%, devisa sebesar 20 Milliar USD, dan menyerap 13 juta tenaga kerja.
"Serta diyakini mampu menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang lebih tersebar di seluruh tanah air,” katanya.
Ia pun menjelaskan tiga fokus langkah percepatan yang sudah disampaikan Presiden Jokowi, adalah strategi yang sedang dijalankan di Kementerian Pariwisata. Fokus pertama, Infrastruktur, itu syarat mutlak memajukan pariwisata.
"Kami sedang percepatan 10 destinasi prioritas, dari Danau Toba Sumatera Utara, Tanjung Kelayang Belitung, Kep Seribu Jakarta, Borobudur Jateng, BTS Jatim, Mandalika NTB, Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sultra dan Morotai Maltara,” jelasnya.
Fokus kedua, SDM merupakan kunci untuk memenangkan persaingan global. Tuntutannya adalah segera memiliki SDM-SDM profesional terbaik. Caranya, build, borrow, dan buy. Cara optimal saat ini adalah borrow.
"Oleh karena itulah kita sekarang didampingi oleh Shadow Management yaitu para ahli dengan reputasi yang sudah teruji di bidangnya," jelasnya.
Fokus Ketiga, debirokrasi-deregulasi. Beberapa langkah deregulasi yang sudah kita lakukan antara lain BVK (Bebas Visa Kunjungan) 196 negara termasuk Tiongkok, Pencabutan CAIT untuk industri wisata layar dan moratorium azas cabotage untuk wisata kapal pesiar pada lima pelabuhan besar di Indonesia.
“Sehingga kapal pesiar bisa menaik turunkan penumpang di pelabuhan-pelabuhan tersebut,” katanya.
Langkah debirokrasi, kata Arief Yahya, yang dilakukan adalah implementasi teknologi digital, kita harus semakin digital, karena itu kita kembangkan E-Government, E-Tourism, TXI (Travel Exchange Indonesia), ITDW (Indonesia Travel Data Warehouse) dan lain-lain.
“Kami punya War Room untuk menjadi pemain global, dan siap bersaing di level internasional,” kata Arief Yahya.
Ia juga menunjukkan fakta-fakta situasi pariwisata Indonesia yang belakangan sangat bergairah.
“Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi nasional untuk mewujudkan kemakmuran. Peningkatan investasi dan destinasi pariwisata menjadi faktor kunci dalam hal pendapatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja,” kata dia.
Pariwisata juga telah melakukan lompatan yang luar biasa, yang membuatnya menjadi salah satu sektor ekonomi terbesar dan tercepat di dunia. Industri pariwisata merupakan pilihan yang termudah dan termurah untuk meningkatkan pertumbuhan PDB, menghasilkan devisa, dan meningkatkan penciptaan lapangan kerja.
Pertama, untuk menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB). Data terbaru World Travel & Tourism Council (WTTC), sektor pariwisata Indonesia telah memberikan kontribusi 10% dari total GDP, dengan nominal tertinggi di ASEAN. Pertumbuhan PDB pariwisata sebesar 4,8% dan memiliki potensi untuk mencapai 7%, tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan industri pertanian, otomotif, manufaktur dan pertambangan.
“Selain itu, saya juga ingin menunjukkan bahwa pendapatan dari 1 juta USD valuta asing (valas) dalam pariwisata akan menghasilkan 1,7 juta USD, atau berkontribusi 170% bagi PDB Pariwisata, sebagai penyumbang tertinggi dibandingkan dengan industri lainnya,” kata Arief Yahya.
Kedua, Pariwisata adalah penghasil devisa, dan diambil di dalam negeri. “Tahun 2015, devisa pariwisata peringkat ke-4, berkontribusi 9,3%. Tingkat pertumbuhan tertinggi dialami juga pariwisata, 13%. Industri minyak dan gas, batubara, minyak kelapa sawit, yang selama ini menjadi primadona mengalami pertumbuhan negatif. “Ini perlu dicatat baik-baik, biaya pemasaran pariwisata hanya 2% dari proyeksi pendapatan devisa. Jadi tinggal kita balik, kita menginginkan proyeksi berapa, maka 2% nya lah biaya promosinya,” kata dia.
Ketiga soal ketenaga kerjaan, yang selama bertahun-tahun menjadi problem bagi Indonesia.
“Pariwisata Indonesia telah memberikan kontribusi 9,8 juta pekerjaan, atau sekitar 8,4% dalam skala nasional. Peringkat ke-4 dari keseluruhan sektor. Tingkat pertumbuhan total sektor pariwisata adalah 30%, dalam kurun 5 tahun. “Pariwisata hanya perlu 5.000 USD untuk membuat satu pekerjaan penuh-waktu, sedangkan industri lain membutuhkan lebih dari 100.000 USD,” jelas Arief Yahya.