Menyantap Menu Ikan Bakar "Sekali Mati" di Manado
Orang Manado menyebutnya "ikan sekali mati" untuk mewakili rasa segar dan gurihnya daging ikan bakar di Manado.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Ada hal menarik dalam dunia kuliner di Manado, Sulawesi Utara, dalam beberapa waktu terakhir ini. Sajian menu ikan bakar lagi populer.
Walau sebenarnya Manado adalah kota tepi pantai yang sejatinya mudah mendapatkan ikan.
Hampir di seantero sudut Kota Manado kini bertebaran rumah makan yang menawarkan menu utama ikan bakar berbagai jenis.
Kesegaran daging ikan menjadi andalan rumah makan-rumah makan ini. Orang Manado menyebutnya "ikan sekali mati" untuk mewakili rasa segar dan gurihnya daging ikan bakar di Manado.
Prokem itu adalah ekspresi penikmat kuliner ikan bakar di Manado bagi ikan yang masih segar, karena begitu ditangkap, langsung didistribusikan ke rumah makan dan disajikan.
Jadinya, ikan bakar di Manado bukan ikan yang sudah lama ditangkap dan disimpan di freezer.
Maklum, walau rumah makan ikan bakar cukup banyak tersebar, dan stok ikan yang juga banyak, tetapi pengakuan dari pemilik rumah makan, bahwa stok ikan mereka selalu habis. Sehingga ikan tidak lama disimpan dan berganti setiap hari.
Seperti yang terlihat di Rumah Makan Aikana yang berada di kawasan Pasar Bersehati Calaca Manado. Selasa (10/1/2017) malam, saat KompasTravel menyambangi rumah makan yang cukup terkenal ini, sekitar 60 pelanggannya rela menunggu saat ikan pilihan mereka dibakar.
Teknik pembakaran ikan merupakan kunci cita rasa sajian seafood ini. Dengan perhitungan besarnya api, lamanya pemanggangan dan proses sebelum dibakar, gurihnya daging ikan sekali mati akan meninggalkan rasa yang dirindukan di lidah.
"Tapi, jangan lupa, dabu-dabu juga adalah kunci utama dalam menikmati menu ikan bakar," ujar Lukman, warga Manado salah satu pelanggan Aikana.
Memang orang Manado dan Minahasa adalah jagonya dalam urusan menyantap rica (cabe). Dabu-dabu (sambal) merupakan hal penting bagi menu ikan bakar.
Seperti Lukman, banyak penikmat menu ikan bakar menjadi pelanggan tetap sebuah rumah makan hanya karena dabu-dabunya. Seperti yang disajikan di Aikana, dua jenis dabu-dabunya sungguh menggoda di lidah.
Dabu-dabu lemong yang terbuat dari cabe merah, irisan bawang dan tomat hijau dicampur dengan minyak kelapa tradisional, sedikit air dan perasan lemong (jeruk).
Lalu dabu-dabu bakar, yang terbuat dari gilingan cabe merah, bawang putih, bawang merah dan tomat yang dibakar dengan teknik meletakkan bara tempurung kelapa di atasnya.
Soal harga, rumah makan ikan bakar di Manado menawarkan variasi harga mulai dari Rp 30.000 untuk sepotong daging tuna, tindarung (blue marlin), oci, tude, hingga Rp 75.000 - Rp 100 ribuan untuk berbagai ukuran ikan kakap, bobara (kuwe), dan berbagai jenis ikan batu (karang).
Selain di Aikana, di kawasan Pasar Bersehati ini juga terdapat banyak rumah makan ikan bakar seperti yang tak kalah terkenalnya, Warung Makan Afisha.
Selain itu rumah makan ikan bakar yang juga populer di Manado adalah Rumah Makan Bakar Rica di Komo, Dabu-dabu Lemong di Boulevard Dua, Tuna House di Mega Mas, Ocean 27 di Malalayang, Angel Fish di Boulevard, serta Wisata Bahari di Bahu.