Dari Hobi Sambal, Gomyang, Beralih ke Sekar Seafood
“Saya baru merasakan kepiting saus lada hitam seenak enak ini,” begitu komentar seorang kepala juru masak hotel ternama tentang Sekar Seafood.
Penulis: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Tak jauh dari Jalan Braga, menukik sampai ujung Jalan Suniaraja, No. 41, arah Viaduct, seberang Hotel Kedaton, terselip Sekar Seafood.
Meski tak seberapa besar restorat makanan laut ini bikin penasaran, mendengar teman bercerita tentang kepiting saus lada hitam nikmatnya bikin mau balik lagi.
“Mencocol saus lada hitamnya saja tanpa nasi sudah nikmat, apalagi dengan kepitingnya,” ujar Zakiyanto Arief, seorang pengusaha muda asal Jakarta.
Eddy Soependy biasa disapa Edoy, bersama kakaknya, Aris Widiyanto, berjalan tiga tahun lebih membangun Sekar Seafood di Kota Bandung. Semuanya didasari dari kesukaannya memasak.
Kemampuannya memasak tak didapat dari bangku kuliah. Keduanya masuk keluar mencicipi tak sedikit restoran, merasai bumbunya dan berguru lewat obrolan dengan juru masak hotel.
Tak sekali dua ia mencicipi banyak masakan laut untuk mendapatkan komposisi bumbu yang pas untuk ia olah dengan gayanya sendiri seperti tersaji di Sekar Seafood.
“Saya suka mengobrol dengan chef hotel, merasakan bumbu seafood di tempat lain, gonta-ganti bumbu sampai dapat komposisi yang pas,” cerita Edoy, Sabtu (7/1/2017).
Baca: Sekar Seafood Kota Bandung, Maknyusnya Bikin Kecanduan
Acapkali pelanggan datang dan pergi, Edoy selalu menyapa mereka dan meminta masukan soal masakan yang tersaji. Keuletan dan konsistensi itu membuahkan hasil.
Satu kali ketika salah satu operator seluler ingin memesan tempat di Sekar Seafood untuk 200 orang tapi tak tertampung akhirnya pesanan dibawa ke hotel mereka menginap.
Kepiting lada hitam, kerang dan ikan barakuda sekian menu yang dipesan pelanggan. Kepala juru masak hotel sempat mencoba salah satunya.
“Kepiting saus lada hitam seenak enak ini,” begitu komentar seorang kepala juru masak hotel ternama kepada Edoy.
Lambat laut tapi pasti, Sekar Seafood mulai dikenal warga Bandung dan Jakarta. Di sekeliling kawasan Braga, Sekar Seafood bisa dibilang paling mudah dijumpai.
Tak hanya warga lokal yang mengudap makanan laut di Sekar Seafood. Beberapa pelangganya ada warga negara Malaysia dan Singapura.
Meski berlokasi di Bandung, ada pelanggan yang tinggal di Bekasi memesan antar menu favorit di Sekar Seafood. Bagi mereka untuk harga di sini tergolong murah.
Berdayakan Nelayan
Bukan masakan laut pertama yang Edoy rintis selama membuka usaha kuliner. Selama empat tahun ia sudah menjadi produser Sambal Gelo.
Kebijakan Pemerintah Kota Bandung yang menetapkan zona merah bagi pedagang kaki lima memaksanya memutuskan menjual Sambal Gelo yang saat itu sudah memiliki 15 cabang ke orang lain.
“Peraturan Pemkot Bandung soal zona merah memutuskan kita untuk hengkang dari Sambal Gelo dengan membuka usaha seafood,” Edoy mengenang.
Sebelum berganti nama menjadi Sekar Seafood seperti sekarang Edoy membawa nama Si Ratu Pedes Bebek Belur yang salah satu menunya gomyang, sop kepala ikan munyung khas Indramayu.
Seporsi gomyang ia banderol Rp 70 ribu. Tiga bulan pertama babak belur, pemasukan minus sementara tiap bulan Rp 15 juta harus keluar untuk membayar karyawan, listrik, pegawai dan sewa tempat.
“Butuh lama untuk menyosialisasikan gomyang bagi lidah kebanyakan warga Bandung. Sebenarnya gomyang tak kalah enak dari kepala kakap,” ujar Edoy.
Setelah memutuskan membuak restoran makanan laut, Edoy dan kakaknya Aris, sudah memikirkan mata rantai produksi dari hulu ke hilir agar kelak sudah besar tak repot.
Perlahan tapi pasti ia memberdayakan 25 perahu nelayan di Indramayu sebagai pemasok ikan, cumi, kerang, dan kepiting. Sementara udang windu dipasok dari petambak di sana.
Nelayan merasa beruntung karena hasil tangkapannya Edoy beli dengan harga tinggi sebagai end user. Sedikit lebih murah daripada tengkulak.
“Sejak awal kita harus mengondisikan asal barang, tak asal mengambil barang dari pemasok karena tak jaminan barangnya bagus,” cerita dia.
Semua nelayan yang diberdayakan adalah mitra penting. Berapa pun hasil tangkapan mereka akan dibeli untuk kebutuhan Sekar Seafood.
Menurut dia, hampir setiap hari pasokan ikan, kepiting, udang, cumi, dan kerang selalu datang setiap hari untuk kebutuhan Sekar Seafood. Sehingga ia berani menawarkan bahan bakunya segar.
Ia lebih memilih hasil tangkapan ikan dari nelayan perahu kecil ketimbang perahu besar karena ketika naik ke darat masih segar.
Sebagai perbandingan, nelayan berperahu kecil hanya sehari mendapat hasil tangkapan, sementara nelayan berperahu besar bisa sampai 45 hari di laut dan ketika disajikan untuk masakan laut sudah terlalu lama.
“Nelayan kecil sore berangkat ke laut pagi mereka menjual ke kita. Dari segi kualitas ikan dan lainnya insya Allah kita sajikan yang lebih fresh,” beber dia.