Kemenkomar Cepat Tindak Lanjuti Pengembangan Destinasi Tana Toraja
Kunjungan Wapres Jusuf Kalla yang mengajak Menpar Arief Yahya dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) ke Negeri di Atas Awan, Toraja, 21 Januari
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kunjungan Wapres Jusuf Kalla yang mengajak Menpar Arief Yahya dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) ke Negeri di Atas Awan, Toraja, 21 Januari 2017 langsung di tindak lanjuti.
Pada 30 Januari 2017 lalu, sudah dilakuka Rapat Kordinasi Pengembangan Pariwisata Toraja yang ndipimpin oleh Menko Maritim Luhut B Pandjaitan, di kantornya.
“Menko Maritim sudah memberikan arahan agar World Bank melakukan studi Integrated Tourism Master Plan bekerjasama dengan UNHAS, UKIP, BPPT, Pemda, Kemenpar dan Kementerian PUPR,” kata Larasati Sedyaningsih anggota tim 10 Top Destinasi yang dipimpin Hiramsyah Sambudy Thaib itu.
Rapat itu cukup serius, dan dihadiri oleh World Bank, Stafsus Wapres Sofyan Wanandi, Bupati Tana Toraja, Bupati Toraja Utara, Perwakilan Kepala Pusat BPIW (Kementerian PUPR), Direktur Bandar Udara (Kementerian Perhubungan), Asdep Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata (Kemenpar) , Asdep Pengembangan Infrastruktur, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Setwapres, Deputi Menko Kemaritiman Bidang SDM, IPTEK dan Budaya Maritim, Staf Khusus dan Pejabat di lingkungan Kemenko Maritim.
Cakupan Studi yang dimaksud Menko Luhut B Pandjaitan itu adalah aksesibilitas udara dan darat, infrastruktur jalan, air minum/bersih, fasilitas kesehatan, listrik, toilet, hospitality, SDM dan kesiapan masyarakat. Studi itu penting untuk mendapatkan gambaran yang konkret dan terukur dengan jelas. Menpar Arief Yahya menyebut, critical success factor menggarap destinasi Toraja adalah bandara atau aksesibilitas udara.
“Critical itu, sekali disentuh sudah akan banyak mempengaruhi destinasi wisata di Toraja. Jika ingin menjadi destinasi kelas dunia, ya bandaranya juga harus level dunia, atau international airport,” katanya.
Penetapan Prioritas Bandara untuk menjadi Akses International antara Bandara Buntu Kunik dan Bandara Pongtiku juga akan dilakukan melalui skema assessment. Yakni berdasarkan aspek cost dan efisiensi (Cost Benefit Analysis). Selain itu Kemenhub juga akan memastikan rencana perpanjangan runway bandara Pongtiku dari 1.300 m menjadi 1.400 m (2017) dan kajian lanjutan perpanjangan menjadi 1.600 m (2018).
Menurut Larasati, World Bank juga akan melakukan pendalaman mengenai sumber pembiayaaan dan mekanisme atau platform penyusunan Integrated Masterplan itu. Tentu dengan menggunakan format yang sama dengan 3 destinasi sebelumnya, --Toba, Borobudur dan Lombok.
“Yakni terdiri dari Demand Assessment dan Skema Integrated Plan yang komprehensif dengan mengintegrasikan hasil-hasil kajian KSPN yang pernah dilakukan oleh Kemenpar dan atau sektor lainnya,” kata Laras.
Penyelesaian Integrated Master Plan Toraja itu, lanjut Laras, diharapkan rampung pada bulan Juni 2017. Sedangkan studi pengembangan bandara dapat dilakukan secara paralel. “Pihak Kemenko Maritim akan berkordinasi dg Pihak BPPT utk melakukan kajian infrastruktur,” ungkapnya.
Pemda Toraja Utara dan Tana Toraja diharapkan melakukan kampanye kebersihan, pemahaman tentang kesiapan masyarakat bersama tokoh masyarkat/tokoh adat dan tokoh agama. Mereka juga diharapkan memperoleh kepastian soal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) agar menarik investor di bidang pariwisata.
“Rapat akan lanjutan lagi dalam waktu dekat,” katanya.
Seperti diketahui, Wapres Jusuf Kalla sudah meninjau dan melakukan rapat pengembangan kepariwisataan di Tana Toraja Minggu, 21 Januari lalu. Wapres sendiri menjalani kunjugan kerja selama empat hari (21-23 Januari 2017) antara lain mengunjungi Pondok Pesantren Nadlatul Ulum di Maros Sulsel, obyek wisata Pango-Pango (agro wisata kopi dan landscape pemandangan alam) di Makale Selatan, Kabupaten Tana Toraja, obyek wisata Negeri di Atas Awan, di Kecataman Kapalapitu, Kabupten Toraja Utara, serta peringatan hari jadi Kabupaten Luwuk, Sulsel.
Toraja itu berada di Provinsi Sulsel, persisnya di Kab Tana Toraja dan Toraja Utara. Destinasi ini memang belum masuk dalam list 10 Bali Baru, atau 10 Top Destinasi Prioritas. Tetapi Toraja sudah punya pamor di Eropa, karena keunikan budaya, heritage, arsitektur nusantara dan kopi-nya. Toraja sudah mendunia, dan aktif mengikuti ITB Berlin, travel market terbesar di dunia itu.
Ada banyak peninggalan situs sejarah zaman megalitikum di lokasi itu. Artefak itu merupakan world heritage, dan menjadikan Toraja sebagai destinasi heritage tourism kelas dunia. Banyak Antropolog ternama dunia mengunjungi Toraja. Mereka mengagumi peninggalan kebudayaan megalitik, dan tradisi unik yang masih terpelihara baik sampai sekarang. Para Antropolog ini menulis keunggulan wisata budaya Toraja di media maupun journal ilmiah sehingga memiliki news value yang tinggi. Ini sekaligus ajang promosi yang sangat efektif.
Menteri Arief menyadari, banyak destinasi di tanah air yang berpotensi dikemas menjadi world class destination. Presiden Joko Widodo juga sudah menetapkan 10 top destinasi yang sedang dikebut, dengan membangun infrastruktur dan 3A-nya. Yakni Akses, Atraksi dan Amenitas.
“Akses inilah problem terbesar di Toraja. Karena dari Makassar jalan darat masih 10-12 jam. Sementara standar dunia, jalan darat itu tidak boleh lebih dari 2 jam. Lebih dari itu, wisatawan boring dan berpotensi memberi testimony negative di media sosial,” kata dia.
Karena itu, akses menjadi poin penting dalam pengembangan destinasi wisata. Poin kedua adalah Atraksi, keindahan dan keunggulan apa yang dimiliki oleh sebuah kawasan sehingga menjadi magnit bagi orang untuk datang.
“Saya percaya, atraksi Toraja sudah sangat kuat. Culturenya kuat, naturenya juga kuat. Daya tariknya sudah kuat. Saya tidak pernah ragu dengan atraksi Toraja,” jelasnya.