Belajar Sejarah Candi Agung di Amuntai
Sejarahnya, Candi Agung dibangun Mpu Jatmika pada abad 14 Masehi. Candi itu termasuk dalam kerajaan Negara Dipa Khuripan (sezaman dengan Majapahit).
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Salmah
TRIBUNNEWS.COM, AMUNTAI - Candi Agung merupakan salah satu obyek wisata sejarah yang berada di Amuntai, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.
Sejarahnya, Candi Agung dibangun Mpu Jatmika pada abad 14 Masehi. Candi itu termasuk dalam kerajaan Negara Dipa Khuripan (sezaman dengan Majapahit).
Lokasi candi ini tidak jauh dari pusat kota Amuntai di kawasan Sungai Malang. Jadi, mudah bagi pengunjung untuk menuju ke sana. Ramainya pengunjung biasanya setiap akhir pekan.
Memasuki lokasi obyek wisata, areal parkir kendaraan bermotor cukup luas. Melangkah ke loket, pengunjung membayar karcis masuk seharga Rp 4 ribu per orang.
Areal obyek wisata ini cukup luas, diperkirakan 1 hektare. Sampai di area dalam, kita dihadapkan beberapa titik kunjungan, antara lain museum, telaga darah, pemandian putri, pertapaan dan Candi Agung.
Adalah museum berbentuk rumah Banjar yang berada di bagian depan dan pengunjung umumnya menuju ke sana terlebih dulu. Dalam museum tersimpan sejumlah peninggalan Candi Agung.
Di dinding museum dipajang sejumlah foto dokumentasi saat pertama kali situs Candi Agung ditemukan pada pertengahan tahun 1960-an. Situs sejarah tersebut hanya digali 40 sentimeter, artinya tidak dalam tertimbun tanah.
Adapula foto-foto pembangunan obyek wisata tersebut yang dimulai awal 1980-an. Kemudian di beberapa ruangan tersimpan bata zaman dulu yang digunakan membangun candi.
Bahkan ada bata yang terdapat bekas jemari yang dimungkinkan bata dipegang saat masih basah.
Adapula peralatan kerja, senjata dan lukisan-lukisan yang menggambarkan tokoh-tokoh kerajaan negara Dipa, antara lain Pangeran Suryanata, Patih Lambung Mangkurat, Pangeran Bambang Sukmaraga dan Bambang Patmaraga, Putri Junjung Buih, serta putri lainnya.
Keluar musem, kita bisa menuju ke telaga darah yang kini bentuknya seperti sumur. Konon dinamakan telaga darah karena dulunya tempat dibunuhnya dua saudara, Sukmaraga dan Patmaraga oleh paman mereka, Lambung Mangkurat.
Kemudian di bagian lain ada pemandian putri yang kini berbentuk sumur, juga ada pertapaan di depan situs candi.
Sementara Candi Agung bentuknya tidak seperti bangunan candi di pulau Jawa, melainkan mirip pondasi bangunan yang di bagian tengahnya ada semacam kolam kecil.
Hikayat turun temurun menurutkan, Candi Agung ini menandai kejayaan kerajaan Negara Dhipa Khuripan yang kemudian berkembang menjadi kerajaan Daha di Nagara dan kerajaan Banjar.
Bagi generasi muda, berkunjung ke Candi Agung dapat memberikan pengetahuan dan wawasan sejarah lokal tentang banua Banjar.(*)