Mengenal Mata Embek, Jajanan Manis dengan Topping Renyah Khas Pameungpeuk
Jajanan satu ini masih menjadi primadona bagi masyarakat, karena rasanya yang manis dengan toping renyah.
Editor: Ravianto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Fasko Dehotman
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Manis dan renyah, serupa kembang jagung (Popcorn) rasa karamel, namun lebih legit manisnya.
Itulah Mata Embek yang merupakan kuliner sekaligus oleh-oleh legendaris khas Desa Bojongkunci, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung.
Jajanan satu ini masih menjadi primadona bagi masyarakat, karena rasanya yang manis dengan toping renyah.
Bahkan, kuliner satu ini tergolong unik dari bentuk dan penyajiannya.
Satu di antara Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bergelut di jenis kuliner ini adalah Berkah Hasanah. UKM ini terletak di Kampung Paledang, Desa Bojongkuci.
Baca: Massa Pendukung Belum Terlihat, Sidang Buni Yani Dijaga 301 Polisi
Berada persis di pinggir jalan, UKM Berkah Hasanah menjadi berkah tersendiri bagi pelancong yang melewati jalan tersebut.
Tampilan UKM Berkah Hasanah, hanya seperti warung pada umumnya.
Evaluasi Pemain Persib Bandung, Umuh Muchtar: Kalian Bangun, Sudah Terlalu Lama Tidur https://t.co/p0X9aHGhgP via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 25, 2017
Pada bagian depan bangunannya, hanya tampak camilan yang dijajakan dengan berbagai macam bentuk.
Bagian dalamnya tampak sejumlah karung yang berisi bahan makanan dekat dapur.
Serta beberapa olahan makanan, yang belum sempat diselesaikan.
"Ini merupakan usaha turun temurun yang telah dijalankan oleh keluarga saya sejak tahun 1960-an," ujar Nur Hasanah, pemilik Berkah Hasanah, kepada Tribun Jabar, Senin (24/7/2017).
Shandy Aulia Tiba-Tiba Unggah Tulisan Soal Selingkuh dan Perceraian, Rumah Tangganya Retak? https://t.co/LclQVl5ehs via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 25, 2017
Selain mata embek, usaha ini juga menjajakan berbagai macam camilan khas Kabupaten Bandung.
Di antaranya, opak ketan, kolontong ketan, dan rangenung.
Mata embek terbuat dari campuran ketan galimpoh, gula merah, gula putih dan kelapa yang diaduk rata selama kurang lebih dua jam.
Sedangkan topingnya terbuat dari ketan galimpoh yang dimasak layaknya kembang jagung (popcorn) tanpa menggunakan minyak.
Proses untuk pembuatan mata embek ini, membutuhkan ketan sebanyak 3 kg yang dihabiskan dalam satu hari.
Presenter TV Meninggal Setelah Tertimpa Pohon Palem, Hal Mengejutkan Terjadi Setelahnya! https://t.co/UAJR9ReW6H via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 24, 2017
Mata embek ini bisa bertahan hingga dua minggu, karena hanya menggunakan bahan alami tanpa pengawet.
Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas makanannya.
Nur menuturkan, dalam pembuatan mata embek dan lainnya, ia hanya dibantu tujuh orang pegawainya yang ia gaji satu kali seminggu.
Untuk distibusinya, Nur mengaku hanya berjualan langsung di tempat usahanya.
Baca: Keluarga Tolak Autopsi, Jasad Dua Wanita yang Tewas Bunuh Diri Segera Diterbangkan ke Makassar
"Biasanya konsumen langganan saya yang melanjutkan menjual mata embek ke luar daerah," ujar Nur.
Pada hari biasa, mata embek hanya dibuat dua kali dalam seminggu.
Sedangkan di bulan puasa, mata embek bisa dibuat setiap hari. Sebab di bulan puasa, peminatnya lebih banyak ketimbang hari biasa.
Nur mengaku, rata-rata orang membeli mata embek ini untuk hajatan dan bulan puasa.
Harga camilan mata embek ini dibanderol Rp 50.000 per kilogram.(*)