Warga Lokal Pasang Lakban di Pohon saat Musim Panas, yang Didapat Justru Bisa Bikin Mereka Kaya
Seiring isu perubahan iklim dan meningkatnya populasi global, para ilmuan percata bahwa nantinya penduduk bumi akan kekurangan bahan makanan.
Penulis: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Seiring isu perubahan iklim dan meningkatnya populasi global, para ilmuan percata bahwa nantinya penduduk bumi akan kekurangan bahan makanan.
Karena menipisnya bahan makanan, banyak cara ditemukan untuk mengolah jenis makanan yang berbeda untuk melangsungkan hidup.
Serangga, pada dasarnya mengandung banyak protein dan dianggap bergizi.
Serangga dapat menjadi pengganti daging atau ikan.
Mengkonsumsi serangga mungkin akan menjadi tren baru du dunia kuliner.
Dilansir Tribunnews dari Good Times, di suatu tempat di Provinsi Anhui, Tiongkok, serangga berkembang biak dengan baik.
Saat musim panas, beberapa warga berburu jangkring untuk dijual.
Permintaan jangkrik meningkat saat musim itu.
Ditambah lagi, makanan olahan jangkrik bernilai ekonomi tinggi.
Jenis jangkrik tertentu seringkali memanjat pohon untuk menghisap getah.
Penjual jangkrik akan menempelkan lakban atau selotif di pohon.
Saat malam, ketika jangkrik memanjat pohon, permukaan halus pada lakban akan menghalangi jangkrik naik ke atas.
Pada akhirnya akan banyak jangkrik yang menumpuk di batas lakban, yang berpikir bagaimana cara melewati lakban tersebut.
Saat si jangkrik terjebak, para pemburu mengambilnya.
Jangkrik itu pun nantinya akan diolah menjadi makanan.
Bahkan satu piring jangkrik saja bisa sangat mahal.
3-5 kg jangkrik bisa didapatkan dalam berburu semalam.
Harga larva jangkrik bisa sampai 63 yuan (Rp137 ribu) per kilogram.
Pemburu jangkrik biasanya menjualnya pada restoran dan warung jalanan.
Sepanjang musim panas, pemburu jangkrik bisa mendapatkan 11 ribu yuan (Rp 24 juta).
Penduduk lokal bisa menghasilkan lebih banyak uang dibandingkan beternak hewan lain yang menghabiskan waktu dan juga biaya makan.
Beberapa negara di Asia Timur dan Asia Tenggara mengkonsumsi serangga seperti belalang dan jangkrik.
Serangga-serangga itu tidak dibiakkan, penduduk hanya menangkapnya di alam liar.
Sementara itu, cara mengolah serangga yang paling populer adalah dengan menggorengnya dengan minyak penuh (deep-fry).
Dengan tren mengkonsumsi serangga yang makin populer, bernikah kamu mencicipinya?
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)