Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Docang, Makanan Sehat Warisan Para Wali

Makanan yang menyerupai lontong sayur itu memang kurang familiar jika dibanding dengan Nasi Jamblang

Penulis: Abdul Majid
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Docang, Makanan Sehat Warisan Para Wali
TRIBUNNEWS/ABDUL MAJID
Kuliner docang 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika anda berkunjung ke Cirebon, kuliner seperti Empal Gentong, Nasi Jamblang hingga Tahu Gejrot sudah pasti tidak asing terdengar, karena makanan itu umumnya telah hadir di kota-kota besar seperti Jakarta.

Namun, Cirebon punya satu kuliner lezat lain. Docang namanya. Makanan yang menyerupai lontong sayur itu memang kurang familiar jika dibanding dengan Nasi Jamblang atau Empal Gentong, tapi soal rasa, jangan pernah meragukannya.

Dalam perjalanan Tour de Java, saat melintasi Cirebon di malam hari kami melihat beberapa kedai makanan yang berjajar rapih tepatnya di Jalan Kesambi Raya setelah palang pintu kereta api Stasiun Perujakan.

Nasi kuning dan nasi jamblang berada di barisan yang sama. Deretan dua hingga tiga kedai itu tampak mencolok dari kejauhan dengan perpaduan warna dasar oranye ditambah sorot lampu yang terang. Belum lagi, daftar menu yang terpampang jelas di spanduk-spanduk setiap kedai  yang bertujuan untuk menggugah selera pembeli.

Kuliner docang
Kedai penjual docang di Cirebon.

Fokus kami sempat berubah, saat menoleh ke kanan atau seberang kedai nasi kuning dan nasi jamblang. Ya, di situ ada satu kedai yang membuat kami berpaling. Docang Khas Cirebon Ibu Wiwi Kesambi  adalah penyebabnya.

Sebuah mobil dengan beberapa motor pun sudah terparkir rapih di depan kedai Ibu Wiwi. Bahkan, sebagian kedai Ibu Wiwi pun hampir tidak terlihat akibat terhalang deretan kendaraan yang terparkir tepat di depannya.

BERITA REKOMENDASI

Kami pun bergabung dengan kerumunan para pencinta makanan peninggalan para Wali itu. Bapak tua yang tadinya duduk langsung berdiri dan merapikan piring bekas para pelanggan yang telah selesai menyantap hidangannya.

“Sebentar, saya beresin dulu ya mas,” ujar Otong, bapak tua yang merupakan suami dari Bu Wiwi pendiri Docang di Kawasan Kesambi.

Usai itu, Otong pun menyiapkan tiga piring yang dipersiapkan untuk kami. Satu demi satu isi Docang seperti daun singkong muda, parutan kelapa, tauge, oncom, kerupuk aci dan potongan lontong pun mengisi masing-masing piring hingga akhirnya disiram dengan kuah panas yang diambilnya dari dalam panci.

Docang pun siap saji. Dihadapan kami, makanan peninggalana Para Wali itu memang sangat menggugah selera. Sesendok sambal membuat citra rasa lebih lengkap.

Sambil menyantap, saya pun bertanya tentang asal usul Docang kepada  Roni, warga sekitar yang turut menyantap Docang. Menurut Roni Docang merupakan makanan peninggalan Para Wali yang masih ada hingga sekarang ini.


“Makanan ini sudah dari jaman Para Wali. Ini makanan sehat karena semuanya hasil dari kebun seperti singkong, tauge, parutan kelapa, oncom sama ditambah kerupuk aci,” kata Roni yang mengaku sebagai Ketua RT di kawasan tersebut.

Menurut cerita yang beredar sendiri, Docang merupakan singkatan dari bodo alias bungkil dan kacang yang menjadi bahan utama kudapan ini. Sejarah docang tak lepas dari perjalanan penyebaran agama Islam di tanah Cirebon.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas