Mengenal Kain Tenun Motif Subahnale Khas Lombok
Indonesia terkenal dengan ragam budaya dan sukunya, hal itu pun tercermin dari pelbagai warisan leluhur yang ditinggalkan
Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK – Indonesia terkenal dengan ragam budaya dan sukunya, hal itu pun tercermin dari pelbagai warisan leluhur yang ditinggalkan satu diantaranya ialah menenun.
Perempuan yang berada di Desa Sukarara, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, terus merawat warisan tenun yang menjadi identitas dan harga diri dari masyarakat setempat khususnya dalam budaya.
Salah satu motif kain twnun yang ternama khas Desa Sukarara adalah motif Subahnale.
Menurut Darma, salah seorang pemandu di Industri Kerajinan Patuh, Motif Subhanale pada awalnya adalah bentuk rasa kagum dari sang penenun
“Motif Subahnale itu yang banyak dicari. Ini motif pertama kami. Kenapa itu namanya subhanale, karena waktu pembuatannya hingga jadi, orang yang buat merasa takjub dan bilang Subhanallah. Jadi lah sekarang namanya Subahnale,” jelas Darma.
Kain Tenun Subahnale memiliki kekhasan sendiri dibandingkan dengan kain tenun lain. Kain itu memiliki motif segi enam, yang di dalam setiap motif tersebut, berisi berbagai corak, mulai dari bunga hingga bentuk abstrak.
Motif yang terbangun di dalam tenun tersebut pun tidak dibuat sembarangan. Itu merupakan warisan yang diberikan oleh leluhur Suku Sasak sejak dahulu kala. Hal itulah yang juga menjadi nilai tambah bagi tenun Subahnale.
Sementara itu, mengenai pembuatan tenun, Darma pun mejelasakna secara rinci, begitu pun dengan kisaran harga tenun Desa Sukarara yang kini sudah merambah pasar internasional
“Kain ini ukurannya, lebar 60 cm panjang 4 meter. Kain ini gunanya selain bisa buat baju, bisa juga dijadikan sarung, selendang dan ikat kepala,” kata Darma.
“Kalau harga, tergantun motif juga, kalau yang polos 400 ribu dengan bahan katun tapi motif garis biasa. Kalau yang bermotif sampai 700 ribu. Kalau paling mahal itu motif naga, kenapa mahal karena bahannya beda dan pembuatannya sekitar tiga bulan, kalau pakai benang emas itu bisa sampai enam juta,” pungkasnya.