Situs Megalitikum Gunung Padang Akan Ditata, Ini Strategi Ridwan Kamil
Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana akan melakukan konservasi Situs Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Penulis: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana akan melakukan konservasi Situs Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil melalui akun instagramnya menyampaikan bahwa mulai tahun depan proses penataan dan konservasi Situs Megalitikum Gunung Padang akan dilakukan.
Menurutnya Situs Megalitikum Gunung Padang menjadi bukti tingginya peradaban Sunda kuno pada masa lalu.
Pria yang familiar disapa Kang Emil ini tidak rela jika kawasan ini semakin rusak akibat terganggu oleh aktivitas wisatawan dan pedagang yang sembarangan.
Mengutip Tribun Jabar, Kang Emil sebelumnya memang merasa ilfil saat melihat kondisi situs terlebih kawasan sakralnya justru 'dikuasai' pedagang.
"Saya ke sana naik kemarin capek, ternyata di atas ada tukang mi rebus dengan tenda birunya. Antara berharap klimaks, mengharapkan pemandangan bagus, jadi ilfil. Karena yang namanya pedagang mah di mana ada keramaian, tapi kan enggak bisa begitu. Ini karena enggak ada panduan penataan," katanya.
Emil mengaku khawatir jika dibiarkan berlarut-larut, potensi situs megalitikum dunia ini akan tercemari oleh perilaku komersial dan wisatawan yang tidak semestinya.
Strategi
Untuk menata dan konservasi Situs Megalitikum Gunung Padang, Ridwan Kamil memiliki beberapa strategi mewujudkannya.
Pertama adalah membuat pariwisata tipe satu dengan memperbaiki akses infrastruktur.
"Contoh ada tebing keraton, tempatnya bagus tapi aksesnya jelek. Itu akan kita investasi sebagai perbaikan aksesibilitas. Ada puluhan air terjun yang bagus di Jabar tapi aksesnya berjibaku dengan dengan lumpur, kita perbaiki jalan berbatu," kata Emil di Gedung Sate, Kamis (1/11/2018).
Tipe dua, kata Emil, adalah penataan destinasi seperti Gunung Padang. Objek wisata sejarah purba ini, katanya, dari awalnya tidak tertata secara profesional akan dibuat menjadi tertata, terawat, dan terjaga dengan baik.
Pada 2019 dengan anggaran sampai Rp 50 miliar per obyek wisata, kata Emil, rencananya penataan tipe dua akan dilakukan terhadap Gedung Sate, Kalimalang, Waduk Darma, Situ Ciburuy, Situ Bagendit, dan Gunung Padang.
Tentang Situs Gunung Padang
Pada 2014 lalu, Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjajaran, Prof. Dr. Adjat Sudrajat, memaparkan, Gunung Padang terbentuk dari letusan gunung api purba Karyamukti lebih dari 10.000 tahun lalu.
"Gunung Padang tidak terlepas sebagai rangkaian gunung api-gunung api aktif di Indonesia. Karena sudah istirahat lebih dari 10.000 tahun maka gunung ini tidak akan menimbulkan bahaya," kata Adjat dalam Seminar Nasional 'Situs Gunung Padang dan Permasalahannya' di Aula PSBJ Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Selasa (7/10/2014).
Adjat membantah hasil riset yang dilakukan oleh TTRM (Tim Terpadu Riset Mandiri) Gunung Padang yang menyebutkan batuan di Gunung Padang sengaja dibawa dari luar lokasi dan disusun menjadi piramida yang saat ini masih ditelusuri kebenarannya.
Menurut dia, batuan berjenis basalt dan andesit itu asli dari Gunung Padang yang terbentuk dari hasil letusan gunung api purba.
"Batuan yang dihasilkan bisa batuan lepas atau padat. Di negara kita letusan akan menghasilkan batuan andesit dan tidak akan membentuk lava cair seperti produk gunung api di Hawai karena gunung api kita berada di jalur andesit," tuturnya.
Dari hasil penelitian, batu-batu balok dan tiang yang terususun di Gunung Padang sebenarnya adalah murni dari alam yang sebagian kecilnya dibentuk oleh masyarakat purbakala setempat yang menghuni lokasi tersebut. Mereka membuat tempat pemujaan berupa punden berundak.
Dalam ilmu geologi, fenomena bentukan batuan tersebut dikenal dengan nama Columnar Jointing. bentuk batu tersebut bukan kubus balok melainkan heksagonal.
"Bentuk kolom-kolom heksagonal pada batuan vulkanik pejal adalah proses alam. Di antara tumpukan lava bisa terdapat endapan abu dan pasir," ungkapnya.
Pendapat Adjat pun didukung oleh peneliti dari Badan Geologi, Prof. Sutikno Bronto. Menurut dia, batu-batu columnar jointing yang ada di Gunung Padang adalah hasil letusan yang akhirnya mengeras dan menyumbat lava gunung api purba.
"Jadi Gunung Padang adalah undakan yang terususun oleh bongkahan lepas batuan kolom andesit basalt. Batuan gunung padang adalah sumbat leher gunung api purba Karyamukti," tegasnya.
Bentukan batu tersusun di Gunung Padang bukan satu-satunya di Indonesia. Susunan bongkahan batu-batu columnar jointing yang menyerupai balok-balok hexagonal serupa, tidak sulit ditemui di wilayah lain seperti menhir di Kabupaten Ngada, Bajawa, Flores dan beberapa tempat di Chideung, Lembang, Jawa Barat. (*)